5 Februari Diprediksi Jadi Puncak Pasang Laut
Wilayah pesisir utara Jakarta diperkirakan menghadapi puncak pasang laut pada 5 Februari mendatang.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wilayah pesisir utara Jakarta diperkirakan menghadapi puncak pasang laut pada 5 Februari mendatang. Selain diperkirakan menyebabkan rob setinggi 250 sentimeter, puncak pasang laut tersebut juga berpotensi memicu genangan dan banjir saat curah hujan sedang tinggi.
Kepala Dinas Tata Air DKI Jakarta Sugeng Priyono, Selasa (27/1/2015), mengatakan, berdasarkan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, pasang laut mencapai puncaknya pada 5 Februari. Wilayah utara Jakarta menjadi titik paling
rentan genangan karena tinggi tanggul tidak seragam. Sebagian tanggul bahkan lebih rendah dari permukaan air laut saat pasang.
Pada fase bulan penuh pekan lalu, rob di titik pantau Pos Pasar Ikan mencapai 230 sentimeter (cm). Menurut Agus, pekan depan risiko genangan lebih tinggi karena ketinggian air rob bisa mencapai 250 cm.
Oleh karena itu, pihaknya menyiagakan pompa-pompa bergerak terutama di daerah rentan, yakni permukiman dengan muka tanah lebih rendah dari muka air laut. Selain itu, petugas juga memastikan pompa, pintu air, dan infrastruktur lain berfungsi dengan baik.
Normalisasi saluran, sungai, dan waduk dengan mengeruk endapan, mengosongkan badan sungai, serta meninggikan tanggul memang telah ditempuh Pemprov DKI dua tahun terakhir. Area cakupannya tersebar di lima wilayah.
Akan tetapi, upaya itu dinilai belum membebaskan Ibu Kota dari risiko banjir. Pasalnya, kondisi infrastrukturnya pada umumnya memburuk karena dibiarkan tanpa pemeliharaan bertahun-tahun.
Kapasitas kurang
Di tengah risiko banjir sedang tinggi saat ini, enam pompa air di Kelurahan Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan, dikhawatirkan rawan rusak karena usianya sudah tua. Selain itu, kapasitas pompa juga sudah tidak memadai untuk mengatasi genangan air.
Pada Selasa, terlihat enam unit pompa air dengan kapasitas penyedotan masing-masing 250 liter per detik berada di tepi Sungai Ciliwung. Pompa itu sudah beroperasi sejak tahun 2002. Setiap kali beroperasi, pompa bekerja selama 12-24 jam.
Sugeng Pratikno (27), petugas operator mesin pompa Posko Banjir Kebon Baru, mengatakan, idealnya sebuah pompa air bekerja dengan kapasitas 500 liter per detik. ”Saat musim hujan, pompa kesulitan menyedot air karena Sungai Ciliwung juga meluap. Diperlukan pompa dengan kapasitas yang lebih besar untuk menyedot air,” ujarnya.
Menurut Sugeng, kerusakan pompa juga menjadi kendala mengatasi genangan. Kerusakan disebabkan usia pompa yang sudah usang sehingga kinerja mesin tak maksimal. Selain itu, sampah warga juga kerap menyumbat baling-baling pompa.
”Saat musim hujan, sampah warga, seperti kasur, kusen jendela, dan panci, kerap hanyut bersama aliran air dan masuk ke dalam pompa air. Sampah itu menyumbat dan membuat pompa rusak,” katanya.
Andri (23), petugas operator mesin lainnya, menjelaskan, pompa biasanya mogok setelah beroperasi satu hingga dua jam. ”Mesin jadi panas dan tiba-tiba mati,” katanya. Saat kerusakan terjadi, diperlukan waktu 1-2 jam untuk mengangkat pompa dari dalam permukaan tanah.
Kerusakan pompa membuat genangan air di jalan dan rumah warga sulit teratasi. Ruipah (50), warga RT 001/RW 002 Kebon Baru, Jakarta Selatan, menuturkan, memasuki musim hujan rumahnya kerap tergenang air setinggi 80 cm. Genangan air yang berwarna coklat dan berbau amis itu berasal dari luapan Ciliwung.
Kepala Suku Dinas Tata Air Jakarta Selatan Deddy Budiwidodo menjelaskan, pihaknya sudah mengajukan anggaran sebesar Rp 10 miliar untuk perbaikan pompa, mengganti mesin rusak, serta memperbaiki drainase dan turap di Kelurahan Kebon Baru.
Menurut dia, molornya pengesahan APBD DKI Jakarta membuat peremajaan pompa ikut mundur. Untuk mengatasi kerusakan pompa, menurut Deddy, sudah ada pompa berpindah yang ditempatkan di sebelah yang pompa rusak. (MKN/DNA)