Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

2017, Bajaj Oranye akan 'Punah'

Bunyi bising dan knalpot yang mengeluarkan asap berwarna putih hanya bisa dilihat di beberapa wilayah saja.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in 2017, Bajaj Oranye akan 'Punah'
WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Pengemudi Bajaj orange menunggu penumpang di Kawasan Stasiun Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (25/2/2015). Dinas Perhubungan DKI Jakarta, menargetkan pada tahun ini sekitar 2.000 unit bajaj oranye diganti dengan bajaj biru untuk memenuhi target dengan total 14.000 unit. WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Keberadaan bajaj oranye saat ini sudah sangat tersingkirkan. Bunyi bising dan knalpot yang mengeluarkan asap berwarna putih hanya bisa dilihat di beberapa wilayah saja.

Salah satunya adalah wilayah Jakarta Selatan, terlihat terparkirkan di salah satu sudut perempatan Ampera, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (29/5/2015) siang.

Sesuai Perda Ibukota Jakarta nomor 5 tahun 2014 Pasal 53 ayat 1, berbunyi setiap kendaraan bermotor umum dan kendaraan dinas operasional Pemerintah dan atau Pemerintah Daerah wajib menggunakan bahan bakar ramah lingkungan.

Saat ini Pemprov DKI Jakarta sedang mencoba meremajakan bajaj yang mengeluarkan polusi udara itu.

Kepala Bidang Angkutan Darat Dinas Perhubungan dan Transportasi Jakarta, Emanuel Kristianto menuturkan bahwa saat ini pihaknya sedang dalam upaya meremajakan bajaj yang sudah puluhan tahun beroperasi di Jakarta.

Rencananya, pada tahun 2017 mendatang tidak ada lagi bajaj yang bisa mengeluarkan polusi udara.

"Kan memang sudah lama berlangsung peremajaan. Kami target setahun dan dua tahun kedepan peremajaan bajaj orange ke ‎bajaj biru," kata Emanuel saat dihubungi Wartakotalive, di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (29/5).

Berita Rekomendasi

Menurutnya, cara memusnahkan bajaj oranye di Ibukota Jakarta melalui scraping. Rata-rata dalam seminggu, kata dia, Dishubtrans DKI telah melakukan scrapping seban‎yak dua kali.

Sementara, untuk keberlangsungan pengendara bajaj orange sendiri adalah dengan cara mengganti moda transportasi umum itu.

"Karena peremajaan bajaj biru harus tukar dengan bajaj merah.‎ Otomatis sopir bajaj merah menjadi sopir bajaj biru‎," tuturnya.

Mungkin pernyataan itu tidak semudah membalikan telapak tangan. Karena untuk satu unit bajaj bisa dijual dengan harga Rp ‎70 juta sampai Rp 90 juta. Karena kendaraan itu harus diimpor dari luar negeri.

Sehingga, peran serta koperasi bajaj dalam membina supir bajaj harus ditingkatkan. Agar mereka bisa menganti bajaj tersebut.

"Disitulah peran koperasi bajaj Mereka menjadi fasilitator kredit," tuturnya.

Menurut Emanuel, saat ini di seluruh Jakarta terdapat sekitar 14.000 bajaj. Jumlah tersebut terdiri atas sekitar 7.000 bajaj BBG dan sekitar 7.000 bajaj 2-tak. Ia menyebut jumlah bajaj BBG yang ada saat ini telah mengalami peningkatan dibanding tahun lalu.

"Bagusnya menggunakan bajaj biru, kalau bahan bakar gas tidak mengandung zat yang membahayakan seperti Pb, dan sebagainya. Selain itu, emisi gas buangnya sangat rendah‎," tuturnya.

Untuk proses perizinan operasi bajaj biru sendiri, kata dia tidak akan dipersulit. Saat ini, proses perizinan sudah tidak ada di Dishubtrans DKI Jakarta. Melainkan melalui Badan Pelayanan Terpadu ‎Satu Pintu (BPTSP) di setiap wilayah.

"‎Karena Dishub hanya melakukan scrapping‎. Syaratnya bajaj yang lama/ merah, memberikan surat-surat (KIO,KIU,KEUR,SIM,STNK)," ungkapnya (Bintang Predewo)

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas