Dzulfikar Tahu Lulus SNMPTN Sewaktu Ditahan Satpol PP
Pemuda 21 tahun itu sempat berpikir untuk lari, namun nasib gitar pinjaman merek Yamaha yang ia tenteng membuatnya berpikir
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Dodo baru saja turun dari angkot T-19 jurusan Terminal Depok-Terminal Kampung Rambutan, tiba-tiba saja seorang petugas Satpol PP berbadan besar menghadangnya. Sang petugas lalu membacakan peraturan daerah tentang pengamen.
Ia langsung sadar, hari itu adalah hari nahasnya. Pemuda 21 tahun itu sempat berpikir untuk lari, namun nasib gitar pinjaman merek Yamaha yang ia tenteng membuatnya berpikir dua kali untuk kabur. Ia takut saat melarikan diri, gitar pinjaman yang harganya tidak murah itu akan rusak. Akhirnya ia memilih pasrah.
Pagi itu, sekitar pukul 08.00 WIB, Rabu (8/7), di Jalan TB Simatupang, tepatnya di pertigaan Caglak, Pasarebo, Jakarta Timur, ia dipaksa naik mobil bak terbuka milik Satpol PP. Ia dan sejumlah pengamen lainnya dibawa langsung ke panti sosial di kawasan Ceger, Cipayung, Jakarta Timur. Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun mengamen, Dodo diamankan petugas Satpol PP.
Setibanya di panti, semua orang yang terjaring razia, termasuk Dodo, didata oleh petugas. Ia ditanya seputar profesinya sebagai seorang pengamen jalanan, mulai dari wilayah operasi, hingga peruntukan uang hasil mengamen. Laki-laki bernama lengkap Dzulfikar Akbar Cordova itu menerangkan ke petugas bahwa ia baru lulus dari SMA Master, Depok, Jawa Barat, dan tengah menunggu hasil Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
"Saya ikut SNMPTN, saya ngamen untuk jaga-jaga untuk bayar kuliah, kalau saya masuk UI," katanya.
(Baca Juga: Lama Putus Sekolah, Seorang Pengamen Lulus SNMPTN di Universitas Indonesia)
Dodo tidak bohong. Pada Kamis (9/7) sore sekitar pukul 17.00 WIB, hasil ujian SNMPTN akan diumumkan, dan ia merupakan salah satu peserta seleksi. Ia memilih Program Studi Ilmu Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (UI) sebagai pilihan pertama, dan Program Studi Arkeologi, Fakulitas Ilmu Pengetahuan Budaya, UI, pada pilihan kedua.
Namun informasi yang ia sampaikan ke petugas tidak dapat menolongnya, Dodo tetap ditahan. Ia ditahan di barak bersama sekitar empat puluh orang pengamen lainnya. Barak tersebut dilengkapi dengan jeruji besi di jendela dan di pintunya. Lokasinya berada satu komplek dengan barak tempat penyandang masalah kejiwaan. Ruang geraknya dibatasi bak seorang tahanan. Gitar pinjaman yang ia bawa dirampas petugas.
Beruntung ia masih diizinkan membawa handphone, Dodo kemudian memberitahukan teman-temannya, bahwa ia ditahan Satpol PP. Namun hari itu orang-orang yang ia harapkan bisa menolongnya, tidak kunjung datang.
(Baca Juga: Pengamen yang Lulus Ujian Masuk UI Sempat Jadi Kuli Bangunan)
Pada Kamis pagi ia sempat memberitahukan salah seorang petugas perempuan, bahwa sore itu akan ada pengumuman SNMPTN. Ia menanyakan ke sang petugas, apakah ia bisa diberikesempatan untuk menggunakan komputer yang memiliki akses internet. Dodo ingin tahu apakah ia lolos ujian. Petugas itu mengatakan Dodo boleh menggunakan salah satu komputer di kantor Panti.
"Iya pakai saja, di kantor ada kok komputer," ujar perempuan tersebut.
Namun menjelang pukul 17.00 WIB, perempuan itu sudah terlanjur pulang sebelum memenuhi janjinya. Dodo juga tidak bisa memanfaatkan akses internet dari handphone-nya untuk melihat hasil SNMPTN karena masalah baterai. Ia akhirnya pasrah.
Selepas Maghrib sekitar pukul 18.00 WIB, di grup Whatsapp yang berisi siswa-siswa SMA Master, ia menerima informasi yang menggembirakan. Salah seorang anggota grup menginformasikan, bahwa ada tiga orang siswa SMA Master yang lolos masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN), salah satunya adalah Dodo. Ia tercatat lolos masuk Program Studi Ilmu Ekonomi Islam.