Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pemegang Kartu Jakarta Pintar untuk Beli Emas Bakal Ditindak

Dana Kartu Jakarta Pintar terbukti banyak diselewengkan. Misalnya untuk karaoke, membeli bensin, makan di restoran, membeli emas dan elektronik.

Penulis: Adi Suhendi
Editor: Y Gustaman
zoom-in Pemegang Kartu Jakarta Pintar untuk Beli Emas Bakal Ditindak
Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha
Warga antre cek saldo Kartu Jakarta Pintar (KJP) di ATM Bank DKI dalam rangkaian JakBook & Edu Fair 2015, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (28/7/2015). Ratusan orang tua siswa mengeluhkan sebagian KJP tidak bisa dipergunakan untuk transaksi, dikarenakan banyak mesin EDC yang offline. Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha 

DKI Akan Hentikan Saluran Dana KJP Bila Disalahgunakan

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Adi Suhendi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan memberikan sanksi terhadap penerima Kartu Jakarta Pintar (KJP) bila terbukti menyalahgunakan dana untuk kebutuhan pendidikan tersebut.

Hal tersebut menyusul temuan adanya transaksi penggunaan kartu tersebut di tempat yang tak terkait dengan pendidikan seperti tempat karaoke, SPBU, restoran, toko emas, dan toko elektronik.

"KJP yang tidak untuk kepentingan pendidikan akan dihentikan. Kita akan lihat kasusnya dan melakukan pemanggilan (terhadap penerimanya). Bisa saja dilaporkan ke polisi," kata Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Arie Budiman di Balai Kota, Senin (3/8/2015).

Menurut Arie, adanya kebijakan pembatasan penarikan tunai untuk penetima KJP cukup efektif sehingga tak disalahgunakan. Misalnya, penerima KJP tingkat SD bisa menarik tunai Rp 50 ribu dalam dua minggu dan untuk tingkat SMP dan SMP dibatasi Rp 50 ribu. Bila tidak ada pembatasan, justru lebih repot memantau penggunaan dana 498 ribu penerima KJP.

"Intinya dengan sanksi yang keras dan kita publikasikan, akan kapok," sambung dia.

Berita Rekomendasi

Pada dasarnya sosialiasi penggunaan KJP hanya untuk keperluan pendidikan masih terus perlu dilakukan. Bila masih ada yang menyelewngkannya, hal tersebut sebagai budaya lama masyarakat yang ingin mengambil seluruh dana KJP yang diterima.

Menurut Arie, tidak mungkin pula bila pengawasan dilakukan guru-guru sekolah untuk penggunaan dana KJP tersebut. Sehingga sistem pembatasan saat ini masih dianggap lebih baik. Meski ada penyimpangan angkanya kecil. Bila ada 148 ribu penerima KJP, paling tidak hanya sekitar nol koma nol sekian persen yang masih menyelewengkan dana untuk kepentingan pendidikan tersebut.

Selain itu, pembatasan lokasi transaksi nontunai bukan sebuah solusi. Dikatakannya justru penggunaan KJP secara nontunai harus dibuka seluas-luasnya agar mempermudah para siswa memanfaatkannya untuk kepentingan pendidikan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas