Faridz: Status Tukang Ojek Justru Membuat Hidup Lebih Tenang
Mantan manajer di sebuah resort itu tidak tebang pilih dalam mengambil order penumpang.
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Faridz Budhi Suryakusuma (34), punya strategi khusus dalam menjalankan aktivitas barunya sebagai tukang ojek.
Meski baru bergabung 15 hari di salah satu operator ojek berbasis aplikasi, Faridz sanggup meraup rupiah rata-rata Rp 500 ribu per hari di luar tips.
"Yang penting fokus saja. Saya sih enggak ditargetin harus dapat berapa sehari. Jalani saja," ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (4/8/2015).
Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Pelajaran (STIP) Jakarta Utara itu mengaku memulai aktivitasnya selepas subuh, sekitar pukul 05.00 WIB.
Melalui aplikasi di smartphone, Faridz akan mengambil order terdekat dari kediamannya di kawasan Cijantung, Jakarta Timur.
Mantan manajer di sebuah resort itu tidak tebang pilih dalam mengambil order penumpang. Setelah mengantar satu penumpang, dia langsung memonitor order lainnya yang masuk secara acak di smartphone-nya.
"Kan sistemnya rebutan. Cepet-cepetan saja sama rider lain. Begitu dapat (order), jemput, langsung antar ke lokasi tujuan," kata sulung dari empat bersaudara tersebut.
Faridz mengaku tidak memiliki titik favorit untuk mencari penumpang. Mengingat, orderan yang masuk secara acak akan tampil di layar smartphone pengojek di mana pun dia berada.
Lelaki yang juga berstatus sebagai guru renang itu, menilai penghasilan pengojek dari operator ojek berbasis aplikasi, mengacu pada pengendara yang bersangkutan.
"Artinya, kalau mau dapat banyak ya harus rajin muter. Terus enggak milih-milih orderan. Kalau malas-malasan dan milih-milih, enggak dapat penumpang lah," ujarnya.
Untuk sekali beroperasi, sejak subuh hingga malam hari, Faridz memilih menggunakan salah satu motor jenis bebek yang dianggapnya irit.
Sehari, rata-rata Faridz mengeluarkan uang bensin sebesar Rp 50 ribu. Estimasi operasionalnya diperkirakan lebih dari 200 kilometer per hari.
"Saya sih, paling habis gocap (Rp 50 ribu) sehari. Itu sangat cukup buat muter-muter Jakarta seharian," tuturnya.
Hati senang
Menurut dia, selama ngojek suasana hati harus senang tanpa stres. Hal itu didapatnya dari pengalamannya sebagai guru renang. "Kalau kita ngejalanin-nya senang, apa pun yang dikerjakan pasti tanpa beban," ujar nya.
Faridz memutuskan mundur sebagai manajer resort di kawasan Puncak, Jawa Barat. Meski mendapat pertentangan dari keluarga dan cibiran dari pihak yang meremehkannya, pria yang sebelumnya berpenghasilan Rp 8 juta-Rp 10 juta itu nekat "banting setir" menjadi tukang ojek.
Faridz tidak merasa minder meski berstatus sebagai tukang ojek. Bahkan, status tersebut justru membuat hidup lebih tenang daripada saat menjabat manajer.
"Ngapain minder. Tukang ojek, tetapi penghasilan manajer, siapa yang nolak? Apalagi tingkat stresnya lebih kecil dibanding saat jadi manajer. Kalau ngojek, selesai urusan mengantar penumpang, enggak ada beban lagi pas pulang ke rumah," ucapnya senang.(Tangguh Sipria Riang)