Ikhlas, Istri Mekanik Trigana Tidak Akan Menuntut
Walau pun begitu, Rani tampak tabah dan tegar menghadapi kenyataan, Mario meninggal dalam menjalankan tugasnya.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, DEPOK -- Rani Annisa (33), istri Mario Rheso Buntaran (36), mekanik atau engineer Trigana Air yang menjadi korban jatuhnya pesawat Trigana Air di Distrik Okbape, Pegunungan Bintang, Papua, Minggu (16/8/2015) sore, masih tampak terpukul suaminya menjadi korban tewas jatuhnya pesawat Trigana Air.
Walau pun begitu, Rani tampak tabah dan tegar menghadapi kenyataan, Mario meninggal dalam menjalankan tugasnya.
"Kami, atau keluarga sangat berterimakasih atas dukungan semua pihak, sehingga kami mampu menghadapi keadaan ini," kata Rani saat ditemui Warta Kota di rumahnya di di Cluster Griya 8 Cinere, Blok D Nomor 4, Jalan Amir Marsyiah, Meruyung, Limo, Depok, Rabu (19/8/2015) siang.
Menurut Rani, apa yang dilakukan Basarnas dan Trigana Air serta warga masyarakat Papua, hingga menemukan puing pesawat serta jenasah para korban penumpang pesawat sudah sangat luar biasa.
"Kami lega, jenazah korban termasuk jenazah suami saya sudah ditemukan bersama puing pesawat. Saya yakin suami saya dan para korban sudah berada dalam lindungan Allah," kata Rani lirih.
Rani, mengakui apa yang dilakukan Basarnas, kru Trigana Air dan warga di lokasi jatuhnya pesawat sangat luar biasa.
"Kami sangat memahami beratnya medan, sehingga evakuasi jenasah melalui udara memakan waktu cukup lama. Apalagi dari informasi kerabat kami di sana, cuaca di sana saat ini kurang bagus. Sehingga evakuasi mungkin perlu waktu lebih lama lagi," paparnya.
Menurutnya, pihaknya tidak menuntut terlalu jauh lagi apalagi berburuk sangka. "Kami sangat memahami kondisi hutan di sana. Apa yang dilakukan semua pihak sudah yang terbaik," kata Rani yang mengaku lahir di Tembaga Pura, Papua.
Yang terpenting kata dia, kondisi jenazah para korban pesawat termasuk suaminya sudah diketemukan.
"Itu sedikit banyak membuat kami lega," katanya. (Budi Sam Law Malau)