Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pembeli Sepi, Pemilik Toko di Pasar Glodok Terancam Menutup Usahanya

Sejak tokonya buka pukul 09.00 WIB belum ada orang yang datang bahkan untuk sekedar melihat. Situasi ini telah ia alami sejak tiga bulan terakhir ini.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Pembeli Sepi, Pemilik Toko di Pasar Glodok Terancam Menutup Usahanya
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Pedagang elektronik menunggu pembeli di tokonya di kawasan Glodok, Jakarta, Selasa (25/8/2015). Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang kini menembus level 14.000 berdampak pada kenaikan harga barang elektronik serta lesunya daya beli masyarakat. (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lukman hanya duduk di kursi meja kerjanya, tak ada aktivitas jual beli di tokonya. Kondisi ini sudah dialami sejak dua bulan terakhir, kini Lukman berencana menutup tokonya bulan depan.
 
Sejak tokonya buka pukul 09.00 WIB belum ada orang yang datang bahkan untuk sekedar melihat. Situasi ini telah
ia alami sejak tiga bulan terakhi ini.

"Dulu perhari bisa dapat Rp 400 juta, sekarang sangat kecil," kata Lukman pemilik Toko Cahaya Abadi Elektronik di Pasar Glodok Plaza, Jakarta.

Karena kondisi tokonya yang sepi pembeli, dia berencana untuk menutup tokonya.

"Jadi kalau bulan depan masih sepi seperti ini, saya mau tutup saja," imbuhnya.
 
Ia memprediksi daya beli masyarakat yang turun akibat terus naiknya harga dolar yang tidak diimbangi dengan perputaran uang di pasar.

"Sejak 15 tahun lalu berjualan baru tahun ini omzetnya turun drastis hingga 50 persen," paparnya.
 
Toko yang luasnya sekitar 30 meter persegi akan ia sewakan, bahkan bisa saja katanya akan dijual jika dalam satu bulan ke depan sepi.

Selain Lukman, Sabtu (5/9/2015) pekan lalu ada seorang wanita dan pria yang hanya duduk di depan toko. Saat ada orang melintas, ia langsung mendekati orang tersebut.

"Mau cari apa, lihatlah dahulu," ujar wanita berbaju hijau itu menyapa.

Melihat orang yang ia sapa hanya melintas saja, ia kembali duduk. Hal itu ia lakukan berkali-kali untuk menarik perhatian calon pembeli.

"Satu bulan ini cuma AC yang bergerak (dibeli). Ini karena cuaca panas beberapa bulan ini. Selain barang itu tidak mau stok," jelasnya.

Meski masih ada barang yang dibeli, Lukman mengaku tidak bisa mendapatkan untung besar. Satu unit AC hanya mendapatkan untung Rp 25 ribu.

Dijelaskannya, saat ini dia hanya berusaha untuk bertahan dari ancaman kebangkrutan.

Biaya  operasional terus keluar setiap hari. Keuntungan yang didapat hanya cukup membayar gaji pegawainya.
"Sekarang semua pedagang butuh duit. Untung berapa saja diambil dibanding dia (pembeli) belanja di tempat lain. Semakin ganas persaingan," ujar Lukman yang memiliki delapan karyawan ini.

Sepinya pembeli dan besarnya beban operasional yang harus dikeluarkan membuat pedagang mulai menutup toko dan
merumahkan karyawan sebagai langkah antisipasi kerugian yang kian besar.
 

Tags:
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas