Moni Tak Berdaya Menderita Mikrosefalus
Ketika itu dokter tidak bisa melakukan operasi terhadap Moni karena usia dan berat badan Moni belum mencukupi
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Moni Qaireen Tri (2) hanya bisa diam dan tidak sering berinteraksi seperti anak-anak seusianya. Moni terlihat tidak berdaya saat dipangku oleh ayahnya, Waryono (54).
Menurut Waryono, Moni menderita mikrosefalus kelainan otak dengan ukuran kepala lebih kecil dari ukuran kepala rata-rata. “Batok kepalanya nggak berkembang, jadinya kecil terus. Nggak bisa apa-apa, cuma bisa nangis doang,” ujar Waryono, Minggu (1/11/2015).
Warga Jalan Baru Gang II Dalam, RT 02/01, Cilincing, Jakarta Utara, mengaku, kelainan itu terlihat sejak setelah dilahirkan. Waryono mengaku, sudah membawa Moni ke RS Mitra Keluarga Depok. “Harus dioperasi. Sekali operasi biayanya Rp 100 juta dan harus tiga sampai empat kali operasi. Untungnya di-cover semua oleh BPJS Kesehatan,” kata Waryono, Minggu (1/10).
Waryono menambahkan, dirinya juga sempat membawa Moni ke RS Fatmawati, Jakarta Selatan. Namun, ketika itu dokter tidak bisa melakukan operasi terhadap Moni karena usia dan berat badan Moni belum mencukupi.
“Itu setahun yang lalu. Katanya, kalau mau dioperasi, melihat usia Moni, minimal berat badannya harus 10 kg. Tapi, waktu itu berat badan Moni hanya 7 kg,” ungkap Waryono yang yang bekerja sebagai sopir.
Sebagai pertolongan sementara, kini Moni harus menjalani terapi dua hari sekali di RS Sentra Medika Depok. Terapi yang biayanya ditanggung BPJS Kesehatan itu harus dijalani selama 1,5 jam per harinya.
”Sudah berlangsung selama lima bulan terakhir. Sempat berhenti beberapa bulan, sekarang sih sudah ada perubahan sejak ikut terapi,” kata Waryono. Waryono menambahkan, lurah maupun camat sudah mengunjungi Moni dan mereka berjanji akan membantu Moni. (Juniantop Hamonangan)