Kisah Kakek Darsim, 15 Tahun Hidup di Becak
"Setiap hari tidur dan makan di becak ini. Sudah seperti rumah saja buat Aki," ujarnya sambil tersenyum.
Editor: Rendy Sadikin
"Dulu Aki narik becaknya di Senayan, terus pindah ke sini. Di Bogor sudah 15 tahun narik becak dan tidur di sini," katanya.
Meski bicaranya sudah tidak terlalu jelas, namun Daskim tidak pernah mengeluh dan selalu tersenyum.
Becak Daskim sudah dimodifikasi.
Bagian belakang dia pasang atap dari bahan plastik dan tiang bambu.
"Kalau pas hujan atau panas, lumayan bisa nutupin biar nggak kehujanan," ucapnya pelan.
Jarum jam terus berputar, hingga pukul 07.00 WIB, belum satupun penumpang yang naik becak Daskim.
TribunnewsBogor.com, kemudian membelikan sebungkus nasi uduk pria tua itu.
"Nggak usah repot-repot, aki mah biasa makannya nanti siang aja," katanya mencoba menolak secara halus pemberian TribunnewsBogor.com.
Meski agak malu, Daskim akhirnya mau menerimanya.
Dengan lahapnya, pria yang tidak memiliki sanak saudara itu pun makan nasi uduk.
Meski hidup seorang diri, Daskim tidak pantang menyerah.
Inilah sosok Pahlawan sesungguhnya.
Tujuh baju, tiga sarung
Daskim (60) tukang becak tua yang mangkal di Jalan Paledang, Kota Bogor, Jawa Barat hanya memiliki tujuh baju dan tiga kain sarung.