6 Ribu Warga Desa Cibanteng Bogor Tiap Hari Hirup Asap Pengolahan Batu Kapur
Asap ini dihasilkan dari pengolahan batu kapur di Gunung Cibodas atau akrab disebut Gunung Kapur
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Desa Cibanteng berubah menjadi kampung asap.
Sejak lima tahun lalu, sekitar 6 ribu warga di Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, harus menghirup udara bercampur asap pembakaran ban.
Asap ini dihasilkan dari pengolahan batu kapur di Gunung Cibodas atau akrab disebut Gunung Kapur.
Kegiatan pengolahan batu kapur ini sekarang menjadi musuh bersama warga.
"Jadi batu karang hasil tambang itu dibakar dulu, pembakarannya pakai ban bekas, dulunya tidak pakai ban tapi pakai kayu," kata Kepala Desa Cibanteng, Faka Harika, kepada TribunnewsBogor.com, Jumat (8/1/2016).
Faka Harika menjelaskan, proses pembakaran dilakukan mulai malam hari sekitar pukul 21.00 WIB, hingga pagi hari.
Puluhan pemilik 'cubluk' (tempat pembakaran) memulai aktivitas peleburan batu karang menjadi bubuk kapur tersebut.
"Kalau siang hari memang tidak kelihatan, sedikit yang bakar, cuma kalau malam itu daerah sini ketutup asap, hitam pekat," ujarnya.
Memang katanya, lokasi pembakaran bukan berada di kawasan Desa Cibanteng, melainkan Desa Ciampea, hanya saja asap dari pembakaran itu seluruhnya masuk ke wilayahnya.
Puluhan kali upaya untuk menghentikan aktivitas tersebut telah dilakukan, namun tidak membuahkan hasil.
"Lokasinya pernah disegel sama Muspika, tapi buka lagi," katanya.
Menurutnya, ada sedikitnya 30 pemilik cubluk yang setiap harinya melakukan pembakaran.
Dampak asap, bukan lagi soal kebersihan desa, melainkan kesehatan masyarakat.
Setidaknya, kata Faka, ada tiga RW di Kampung Femi dan Kampung Gembong yang paling terkena dampak asapnya.
Satu RW, ada sekitar dua ribu warga.
"ISPA mah jangan ditanya lagi, sudah banyak, makanya warga sudah sangat sering protes, saya pun sudah pernah dimediasi dengan para pemilik cubluk," kata Faka.
Lokasi penambangan dan pembakaran kapur ini berada di kawasan tanah milik PT Perkebunan Nasional.
Kehawatiran warga kian menjadi ketika bukan lagi udara yang terkena polusi asap, tapi juga zat kimia yang keluar dari ban usai dibakar.
"Ya kan warga pada tidak ngerti, itu ban ada kandungan zat apa, bahaya apa tidak, saya sudah surati Bupati, tapi belum direspon," katanya. (Ardhi Sanjaya)