Hanya Dalam Hitungan Hari, Kalijodo Akan Tinggal Kenangan
Ada pula yang ditinggalkan begitu saja, baik dengan pintu terkunci, maupun dengan pintu terbuka lebar.
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beberapa hari lagi, suasana malam hari di Kalijodo yang biasanya diselimuti dengan kesibukan dan keramaian kafe-kafe dangdut, akan menjadi sejarah.
Hiruk pikuk di Jalan Kepanduan II dari kawasan Tambora, Jakarta Barat, hingga masuk ke daerah Penjaringan, Jakarta Utara, berubah menjadi pemandangan bangunan yang kosong.
Beberapa warga tampak berkemas. Begitulah suasana di Kalijodo, Jumat (26/2/2016) malam.
Jelang dua hari sebelum penggusuran yang akan berlangsung pada hari Senin (29/2/2016), hampir semua bangunan di sana sudah dibongkar.
Ada pula yang ditinggalkan begitu saja, baik dengan pintu terkunci, maupun dengan pintu terbuka lebar.
Jika biasanya di jalan masuk ke Kalijodo digunakan sebagai tempat parkir mobil dan sepeda motor, kini berubah jadi tenda yang diisi sejumlah personel Polri.
Mereka ditugaskan berjaga-jaga di Kalijodo hingga pelaksanaan penggusuran nanti dan memastikan tidak ada hal-hal yang tak diinginkan terjadi.
Masih di jalan masuk ke Kalijodo, tidak jauh dari sana, sebelumnya, ramai orang berjualan di warung yang berderet di sebelah kiri jalan.
Di sebelah kanannya, biasanya langsung terlihat lampu kerlap-kerlip dari kafe dangdut beserta suara musik yang cukup kencang terdengar.
Saat masih beroperasi, suasana kawasan Kalijodo, terutama saat malam minggu, sangat ramai.
Saking ramainya, sekitar setengah badan jalan inspeksi di sana dipakai jadi tempat parkir mobil dan sepeda motor juga.
"Wah ini dulu, kalau malam minggu, ramainya kayak pasar malam, sampai susah masuk ke sininya," kata seorang warga kepada Kompas.com, kemarin malam.
Kalijodo yang tadinya dihuni sekitar seribu lebih kepala keluarga (KK), sekarang tak ubahnya seperti kota mati.
Kebanyakan warga sudah pindah ke tempat yang disediakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, seperti Rusun Marunda dan Rusun Pulogebang. Selebihnya, memilih pindah ke rumah saudara dan pulang kampung.
Beberapa warga yang ditemui semalam mengaku tidak menolak dengan rencana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang akan mengubah kawasan Kalijodo menjadi ruang terbuka hijau (RTH).
Namun, warga menyayangkan adanya ketidakberesan pada birokrasi di pemerintahan sebelumnya yang pada akhirnya membuat warga di sana memiliki surat-surat resmi dan membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) secara rutin.
"Kita sadar kalau kita hidup di tanah negara. Cuma, kok bisa kita sampai bayar PBB, sama kayak di tempat lain. Kita warga kecil tahunya kan apa yang kita dapat saja, tidak semua warga di sini pengusaha yang bisa pindah kapan saja," tutur warga lain sambil membereskan barang-barang di rumahnya.
Sebagian besar warga yang masih bertahan punya rencana untuk pindah pada hari Minggu (28/2/2016), sehari sebelum penggusuran.
Hanya dalam hitungan hari, Kalijodo akan tinggal kenangan.(Andri Donnal Putera)