Saat Gorong-gorong Dekat Istana Jadi 'Tambang' Timah dan Tembaga
"Itu sedang dipelajari. Dinas minggu depan kami panggil. Logikanya kalau ada anggaran, mengapa kabel-kabel itu lama ditinggalkan? Anggarannya dikemana
Penulis: Adi Suhendi
800 Kilo Gram
Sementara Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, Kombes Pol Mujiono, mengatakan komplotan pencuri mengincar unsur logamnya saja yang ada di dalam kabel.
Sementara itu, bungkusan kabel dibuang karena tak mendapatkan keuntungan.
"Sisa gulungan kabel dijual Rp 1000 per kilo gram. Tembaga Rp 40 ribu sampai Rp 60 ribu per kilo gram dan Timah Rp 10 ribu sampai Rp 20 ribu per kilo gram," kata Mujiono.
Dikatakan dia, bila diangkat gulungan kabel bersama kulit-kulitnya, nilai ekonominya kecil.
"Tak heran sisa gulungan kabel ada 26 truk," imbuh Mujiono.
Menurut dia, komplotan pencuri kabel beraksi rata-rata selama empat bulan, lima bulan, dan delapan bulan.
Mereka berada di gorong-gorong sekitar 2 hari.
Selama tiga minggu mereka mampu mengumpulkan 800 kilo gram timah dan tembaga.
Mereka mengetahui ada kabel setelah melihat salah satu instansi melakukan bongkar kabel di trotoar.
Tersangka ahli di bidang kabel sehingga mereka dapat mengidentifikasi ini kabel lama atau baru.
"Kami mempunyai peta pelaku pencurian kabel di bawah tanah. Kami sudah punya data tinggal dikembangkan. Doakan saja dalam waktu singkat bisa ketahuan," kata dia.
Setelah mengambil timah dan tembaga, kedua unsur itu dijual ke penadah atau pengepul besi-besi tua di wilayah Kemayoran, Senen, Tanah Abang, dan Manggarai.
Sejauh ini penadah belum ditangkap karena masih melarikan diri.
"Kami sudah tahu semua. Para tersangka menjual di lingkungan Jakarta," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.