Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Polisi Tembak Mati Istri yang Sedang Hamil Anak Ketiga

Dia juga tak menyangka, putri kesayangannya tewas secara tragis setelah ditembak di bagian kepala oleh suaminya sendiri, Brigadir ACK (28)

Editor: Gusti Sawabi
zoom-in Polisi Tembak Mati Istri yang Sedang Hamil Anak Ketiga
www.123rf.com
ILUSTRASI 

Tribunnews.com, Bekasi -  Dadang Hidayat (46), warga Gang Tower III RT 01/02 Kampung Tegaldanas, Desa Hegarmukti, Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi ini tak mampu membendung kesedihan.

Sesekali pria paruh baya ini menutupi wajah dan menjenggut rambutnya sendiri menggunakan kedua tangannya.

Dadang tak mampu menyaksikan proses pemakaman putrinya, Ani Fitriani (26) di tempat pemakaman keluarga di dekat rumahnya. Dia juga tak menyangka, putri kesayangannya tewas secara tragis setelah ditembak di bagian kepala oleh suaminya sendiri, Brigadir ACK (28) anggota Satuan Detasemen D Brigade Mobile (Brimob), Sabtu (12/3) pukul 02.00. Apalagi, kondisi menantunya itu masih kritis setelah dia melakukan upaya bunuh diri dengan menembak bagian lehernya.

Pantauan Warta Kota di lokasi, ratusan kerabat dan sanak saudara menghadiri proses pemakaman Ani. Proses pemakaman itu dikawal ketat oleh anggota Brimob Polda Metro Jaya dan kepolisian setempat.

Saat jenazah Ani dimasukan ke dalam liang lahat, Dadang seketika menangis. Pria yang mengenakan kaos warna abu-abu ini lalu terduduk di tepi liang lahat anaknya. Sejumlah sanak saudaranya lalu menenangkan Dadang dengan mengelus punggung dan dadanya. Tak banyak ucapan dan teriakan yang terlontar dari mulutnya. Usai proses pemakaman, rombongan lalu kembali ke rumah duka.

Berdasarkan data yang diperoleh, Ani tewas saat tengah mengandung anak ketiga yang berusia lima bulan. Anak pertama dan keduanya berjenis kelamin laki-laki dengan memiliki nama Tyo Maulana Sandika (6) dan Fajar Maulana (2,5). Sebelum ada bunyi tembakan sebanyak tiga kali, terdengar suara keributan dari dalam rumah. Diduga ACK nekat membunuh istrinya menggunakan senjata api jenis colt.

Kepada wartawan, Dadang menyatakan peristiwa naas itu terjadi di ruang tengah rumahnya pada Sabtu (12/3) pukul 02.00. Saat itu dia dan sang istri terbangun dari tidur karena mendengar bunyi tembakan sebanyak tiga kali. "Saat saya cek rupanya anak saya sudah tengkurap dan kondisi kepalanya keluar darah. Tak jauh dari situ, menantu saya terlentang dengan kondisi leher ada darah," kata Dadang di rumahnya, Sabtu (12/3).

Mengetahui kondisi anaknya berlumuran darah, Dadang lalu berteriak histeris. Bahkan suaranya kini menjadi serak dan terdengar parau, akibat berteriak terlalu keras. Takut pistol tersebut kembali disalahgunakan, Dadang lalu memindahkan ke atas meja.

Sementara para tetangga yang menghampirinya, ikut membantu keluarga membawa pelaku ke rumah sakit terdekat. Namun saat hendak dimasukan ke dalam mobil, pelaku berontak hingga terjatuh ke samping mobil. "Jujur saya tidak percaya dengan kejadian ini. Kami sangat shock," singkat Dadang.

Siti Rohana (35) tetangga korban, mengaku sempat mendengar suara tembakan sebanyak tiga kali. Awalnya dia menduga, itu adalah bunyi petasan. Namun saat ditelusuri asalnya, warga terkejut bahwa korban dan pelaku sudah terkapar di lantai rumah. "Korban sudah tak bergerak kemungkinan meninggal dunia, sedangkan suaminya mengerang kesakitan dan tak mau dibawa ke rumah sakit," kata Siti.

Siti menyatakan, heran dengan kejadian seperti ini, karena selama ini tak pernah terdengar keributan antara Ani dengan suaminya. Warga pun, kata dia, kurang begitu mengenal pelaku karena dia jarang pulang ke tempat tinggalnya yang merupakan rumah mertua. "Suaminya sibuk dinas di daerah Jakarta, jadi jarang pulang dan sangat tertutup. Berbanding terbalik dengan Ani, dia sering bersosialisasi," ujar Siti.

Kepala Kepolisian Resor Kota Bekasi, Komisaris Besar Muhammad Awal Chairudin menyatakan, kondisi ACK masih dalam penanganan petugas medis di Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur. "Kondisinya kritis karena mengalami luka tembak juga," ujar Awal.

Awal menjelaskan, sebelum aksi penembakan itu terjadi, ACK izin keluar rumah hendak bekerja di daerah Bekasi pada Jumat (11/3) pukul 23.00. Namun setibanya di rumah pada Sabtu (12/3) pukul 01.00, terdengar keributan dan berujung pada penembakan.

Awal pun menduga, motif penembakan ini karena masalah internal keluarga. Saat ditanya lebih dalam soal motifnya, Awal enggan menjelaskan. "Dugaan sementara karena masalah internal, belum bisa dibeberkan lebih dalam karena masih penyelidikan. Suami korban juga masih dirawat di rumah sakit," kata Awal.


Perketat Rekruitment

Aksi kejahatan yang dilakukan oleh oknum Polri terhadap anggota keluarganya sendiri rupanya bukan pertama kali terjadi di Indonesia. Sebelumnya, anggota Satuan Intelijen Polres Melawi, Brigadir Petrus Bakus, tega memutilasi dua anaknya sendiri di rumahnya. Peristiwa sadis tersebut terjadi pada Kamis (25/2) sekitar pukul 24.00 di Asrama Polres Melawi, Kalimantan Barat.

Menyusul adanya kasus tersebut, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Komisi III bidang Hukum, HAM dan Keamanan, Daeng Muhammad menyatakan, prihatin dengan tragedi tersebut. Menurut dia, polri harus menelusuri rekam jejak pelaku guna mengetahui apakah yang bersangkutan memiliki perilaku yang menyimpang atau tidak."Anda bayangkan, keluarga terdekat saja bisa jadi seperti ini (penembakan), tidak menutup kemungkinan terjadi di kalangan masyarakat biasa," kata Daeng saat menyambangi rumah korban.

Daeng mengaku, telah berbincang dengan orangtua korban. Kepada Daeng, mereka mengaku tidak pernah mengetahui persoalan biduk rumah tangga anaknya, karena mereka sangat tertutup.Yang mengejutkan dari kejadian ini, kata dia, beberapa jam sebelum penembakan mereka menggelar pengajian untuk memanjatkan doa terkait acara khitan anak korban.

Politisi PAN ini pun berencana, akan menggelar rapat kerja dengan Kapolri, Jendral Badrodin Haiti. Dia meminta, agar Polri mengevaluasi penerimaan atau pengrekrutan anggota polisi dengan psikotes yang ketat. "Bila perlu lakukan pengontrolan bagi anggota yang dibekali senjata api tiap enam bulan sekali. Lakukan psikotes yang rutin untuk menghindari kejadian seperti ini," ujar Daeng. (faf)

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas