Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menyebut akan ada 10 ribu warga meninggal karena ancaman penurunan muka tanah yang terjadi di wilayah Jakarta Utara.

Hal itu dikataknnya setelah melakukan pemantauan dengan Menteri Luar Negeri Belanda Bert Koenders di pesisir Teluk Jakarta, di area sekitar Waduk Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara.

Ribuan nyawa warga terancam, karena bukan tidak mungkin tanggul laut yang ada untuk melindungi warga roboh, tidak kuat menahan air, sehingga menenggelamkan warga.

"Bisa 10 ribu orang meninggal kalau tanggulnya roboh," ujar Ahok di kawasan Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis (24/3/2016).

Dia mengajak Koenders untuk mensurvei langsung kondisi terkini warga pesisir yang ada di kawasan Pluit.

Pemerintah akan melangsungkan kerjasama dengan Belanda.

Pasalnya, Jakarta dengan Rotterdam menjalankan program sister city untuk penanganan banjir di Jakarta.

Kerjasama itu dianggap tepat, karena Belanda pernah membuat kajian tentang Waduk Pluit pada 1973.

"Mau enggak mau kita harus kerjasama dengan Belanda. Ini (pompa waduk Pluit) juga hasil kajian dari Belanda," kata mantan Bupati Belitung Timur tersebut.

Rencananya, Ahok akan menaikan tinggi tanggul berkisar 3,8 meter dan lebar 5 meter. Pembangunan itu dirasa sudah cukup mumpuni untuk menahan air laut pasang.

"Kita mau enggak mau tarik ke sini (depan arah laut). Kalau tarik ke sini (pemukiman warga) kan mesti robohin rumah orang, kita belum siap. Mungkin nanti kalau Rusunnya sudah siap," ucapnya.

Pembangunan akan dimulai pada 2016 dan diprediksi selesai pada 2019 atau 2020.

"Saya sudah planning ke Bu Ika (Kepala Dinas Perumahan), 2018 mulau bangun rusun sama uruk," tutupnya.