Warga DKI Harus Tanggap Flu Burung Gunanya untuk Cegah Penularan pada Manusia kata Adhyaksa Dault
Bakal calon gubernur DKI Jakarta Adhyaksa Dault mengimbau warga ibu kota tanggap terhadap virus flu burung (H5N1).
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bakal calon gubernur DKI Jakarta Adhyaksa Dault mengimbau warga ibu kota tanggap terhadap virus flu burung (H5N1). Sebab, virus itu sangat berbahaya.
"Saya mengimbau warga DKI agar tanggap terhadap flu burung guna mencegah terjadinya penularan pada manusia, sebab virus ini bisa berdampak pada kematian," kata Adhyaksa.
Kandidat Guru Besar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Diponegoro ini meminta warga menjaga kebersihan.
Selain itu, warga diminta melapor jika ada unggas yang mati mendadak.
"Kasus virus flu burung masih marak, berdasarkan data dari WHO tahun 2007, Indonesia duduk di peringkat teratas dengan total 99 kasus dan 79 di antaranya meninggal dunia," ujar Adhyaksa.
Masih kata Adhyaksa Dault, berdasarkan Peraturan Daerah No. 4 th 2007 tentang pengendalian Pemeliharaan dan Peredaran Unggas, penampungan dan pemotongan unggas pangan dilarang dibangun di pemukiman warga.
Penampungan dan pemotongan hanya boleh dilakukan di tempat-tempat yang ditunjuk oleh Gubenur DKI Jakarta. Yakni, Rawa Kepiting, Pulo Gadung, Cakung, Petukangan Utara dan PD Kartika.
"Peraturan Daerah No. 4 th 2007 tentang pengendalian Pemeliharaan dan Peredaran Unggas telah mengatakan penampungan dan pemotongan unggas pangan dilarang dibangun di pemukiman warga, ya memang sudah begitu," jelas Adhyaksa.
Sebelumnya, kasus flu burung gemparkan warga Cilandak usai ditemukannya 20 unggas yang mati mendadak karena virus Avian Influenza (AI).
"Dilaporkan ada 20 ayam dan entok mati mendadak. Kami ambil sampel bawa ke laboratorium positif flu burung (A1)," kata Kepala Suku Dinas Pertanian, Kelautan dan Ketahanan Pangan (KPKP) Jakarta Selatan, Kristrisasi Helenandari di Jakarta, Minggu (20/3).
Setelah dipastikan terjangkit flu burung, puluhan unggas itu langsung dimusnahkan melalui prosedur khusus oleh petugas.
"Kami tidak hanya memusnahkan yang mati tapi semua kami matikan dengan cara dipotong kemudian dibakar baru dikubur. Baru kemudian kami desinfeksi atau cuci hama," jelas wanita yang akrab dipanggil Sasi ini.
Sasi menambahkan, matinya puluhan unggas secara mendadak itu terjadi pada Selasa (15/3). Penduduk baru melaporkan ke instansi KPKP Jakarta Selatan, Rabu (16/3). Kemudian, pihaknya langsung mengambil sampel dan membawanya ke laboratorium.
"Hasil dari uji laboratorium itu keluar Kamis (17/3), menyatakan positif flu burung sehingga Jumat (18/3) langsung kami musnahkan dan desinfeksi di kandang-kandang unggas dan lokasi sekitar," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.