Moeldoko Dinilai Terlambat Jika Niat Maju Jadi Calon Gubernur DKI
"Kalau Moeldoko (serius maju) itu sudah telat. Apalagi kalau dia mau maju jadi calon dari perseorangan."
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Kabar mantan Panglima TNI Jenderal Purnawirawan Moeldoko maju mencalonkan diri menjadi calon Gubernur DKI Jakarta belum terkonfirmasi.
Namun jika dirinya benar serius menantang calon petahana Basuki Tjahaja Purnama, hal tersebut dinilai sudah terlambat.
"Kalau Moeldoko (serius maju) itu sudah telat. Apalagi kalau dia mau maju jadi calon dari perseorangan. Kalau melamar ke partai, sejauh ini kan belum terlihat," kata Direktur LIMA Ray Rangkuti kepada wartawan di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (17/4/2016).
Menurutnya, Ahok yang sangat populer saja membutuhkan waktu tiga sampai lima bulan untuk mendapatkan 500 ribu dukungan KTP.
"Tapi nggak apa-apa. Dalam hitungan saya sih nggak mudah untuk mendapatkan dukungan. Setidaknya butuh 600 ribu KTP. Sedangkan bulan Juni ini sudah harus masuk (ke KPUD) kekejar ngga dalam waktu singkat ini?" Kata Ray.
Lebih lanjut Ray menyebutkan, seksinya kursi gubernur DKI membuat tergiur setiap orang demi naik ke level berikutnya.
"Kenapa semua partai dan orang menjadi calon gubernur, karena gubernur DKI menjadi seksi untuk naik ke level berikutnya. Misalnya kunci jadi capres cukup berhasil (contoh Joko Widodo)," katanya.
"Karena itu semua parpol dan individu amat sangat mau jadi calon gubernur karena ada tiket buat capres, memang nggak mungkin gantikan Jokowi. Tapi setelah itu (Jokowi) selesai, kan ngga tahu," katanya.
Terkait kabar pencalonan dirinya ini, Moeldoko sudah menyampaikan bantahan.
Dia membantah akan maju di Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017. Melalui akun Twitter pribadinya, @GeneralMoeldoko, dia membantah akan maju dan memastikan selembaran poster yang tersebar di media sosial tanpa persetujuannya.
"Saya tidak pernah terpikir untuk maju di Pilgub DKI. Saya tidak tahu siapa yang bikin acara ini," tulis Moeldoko pada Minggu (17/4/2016).
Menurut dia penyebar selembaran itu hanyalah mencari-cari kesempatan menggunakan namanya.