Setelah Reklamasi, Penyelam Kerang Teluk Jakarta Tinggal Cerita
Warang masih membayangkan beberapa tahun lalu mampu menyelam sampai kedalaman 20 meter untuk mencari kerang untuk dijual.
Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Amriyono Prakoso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Warang masih membayangkan beberapa tahun lalu mampu menyelam sampai kedalaman 20 meter untuk mencari kerang untuk dijual.
Masa lalu nelayan asal Muara Angke itu tinggal cerita, setelah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengizinkan reklamasi 17 pulau di Teluk Jakarta.
Bukan karena kemampuannya menyelam berkurang tapi lautan tempatnya mencari kerang kena uruk pasir untuk reklamasi para pengembang properti yang mencari duit hasial jualan properti di atas pulau buatan.
"Saya biasa menyelam sampai 20 meter ke dalam laut soalnya kerang kebanyakan di situ. Sekarang cuma 10 meter saja. Syukur kalau ketemu, kalau tidak? Ya sudah, tidak dapat apa-apa," kata Warang lirih kepada Tribunnews.com di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta, Minggu (17/4/2016).
Pindah ke Kepulauan Seribu tak memungkinkan bagi Warang, karena di sana tidak ada pertemuan arus air tawar dan air laut, yang menjadi tempat banyak kerang dapat diambil.
Setali tiga uang nasib Warang dengan Suharso, pencari ikan di sekitar Muara Angke. Ia mengatakan di bawah pulau-pulau buatan itu justru memiliki potensi ikan yang berlimpah di Teluk Jakarta.
"Biasa kami dapat satu kuintal, sekarang cuma 50 kilogram. Lihat saja di pelelangan ikan situ, itu penuh dulu dua sampai tiga tahun lalu. Sekarang ya seadanya saja," kata Suharso.
Gara-gara reklamasi, biaya operasional melaut para nelayan tidak sebanding dengan hasil tangkapan mereka. Setelah reklamasi gencar, nelayan mengeluarkan ongkos operasional Rp 500 ribu karena harus melaut lebih jauh dari Teluk Jakarta, itupun sulit mendapatkan ikan.
Keadaan serupa dialami Haeran. Nelayan asal Pulau Pari, Kepulauan Seribu, sulit menangkap ikan karena kapal-kapal tongkang yang membawa pasir untuk menguruk Teluk Jakarta selalu lalu lalang.
"Bagaimana bisa dapat ikan? Kapal-kapal gede bolak balik lewat Pulau Seribu. Ikan kaburlah," keluh dia.
Rekan Haeran, Hafidin sampak pesimistis soal janji Ahok akan memekerjakan warga terdampak reklamasi, karena sama saja menghilangkan tradisi mereka mengakrabi laut.
Ia menyangsikan apa yang Ahok sebut keuntungan reklamasi yaitu banyak orang akan dipekerjakan, karena hal itu hanya mungkin bagi mereka yang berpendidikan cukup.
"Kayas saya yang cuma tamat SMP apa bisa kerja di gedung-gedung begitu? Anak-anak yang di sini juga enggak seberapa pendidikannya. Itu buat mereka-mereka aja. Kami yang nelayan bagaimana?" ujar Hafidin.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.