Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Telponnya Tak Dijawab, Anak Nur Atikah Tak Mengira Sang Mama Jadi Korban Mutilasi

Ervi dan keluarganya yang lain sama sekali tidak menduga kalau Nur sudah tewas terbungkus plastik dengan tangan dan kaki terpotong.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Telponnya Tak Dijawab, Anak Nur Atikah Tak Mengira Sang Mama Jadi Korban Mutilasi
Wartakotalive.com/Banu Adikara
Jenazah wanita hamil korban mutilasi, Nur Atikah (34) tiba di kediamannya di Banten disambut isak tangis keluarga, Jumat (22/4/2016). 

TRIBUNNEWS.COM, LEBAK - Jumat (22/4/2016) petang pukul 14.00 di sebuah gang kecil di Desa Kadujajar RT 21/04 Malimping, Kabupaten Lebak, Banten, Elsa Nazwah (11) nampak sedang asyik bermain di bawah pohon jambu bersama tiga teman wanita seusianya.

Baju terusan sepaha berwarna merah muda yang dikenakannya berkibar tertiup angin.

Tidak jauh dari pohon jambu tempat Elsa bermain, Ervi Anggraini (15), sang kakak, terlihat sibuk mengobrol dan bercengkerama sambil sesekali memainkan smartphone-nya dengan dua orang teman di sofa depan rumah berpilar biru nomor 32.

Sekilas, nampak tidak ada yang salah dengan kedua anak dara ini. Ekspresi keduanya kelihatan normal tanpa tekanan apapun.

Kakak beradik ini seolah enggan menunjukkan bahwa mereka baru saja dilanda gelombang nestapa luar biasa akibat kepergian ibunya, Nur Atikah (34) yang tewas dibunuh dan dimutilasi pada 10 April kemarin.

"Baru tau kalo mama meninggal itu pas hari Jumat (15/4/2016). Dikasih tau sama uwak, kalo mama udah nggak ada. Uwak taunya dari pak polisi, " kata Ervi dengan polos kepada Warta Kota (Tribunenws.com Network)

Sambil tertunduk menahan tangis, Ervi juga menuturkan bahwa ia terakhir kali melihat ibunya pada Desember 2015 lalu.

BERITA TERKAIT

"Waktu itu mama pulang ke rumah karena adik mama mau nikah. Mama kalau pulang memang nggak tentu. Kadang sebulan dua kali, kadang sekali," katanya.

Ervi melanjutkan, ia sempat menelepon Nur pada Minggu (10/4/2016) petang.

"Saya nelpon mama untuk ngasih tau kalo Elsa lagi sakit demam. Tapi mama nggak angkat telepon. Ditelponin berkali-kali nggak diangkat. Kirain mama lagi sibuk kerja," kata Ervi.

Selain memberitahu kondisi sang adik, Ervi mengaku ia menelepon ibunya untuk meminta sesuatu. "Mau minta uang buat bayar ujian sekolah," katanya.

Tidak kunjung ada pesan singkat atau telepon balik dari Nur, Ervi pun kembali menghubungi ponsel ibunya pada Senin pagi keesokan harinya. Namun, ponsel Nur sudah tidak aktif lagi.

"Besoknya sempet nelponin mama lagi, tapi HP-nya malah nggak aktif, " kata Ervi.

Saat itu, Ervi dan keluarganya yang lain sama sekali tidak menduga kalau Nur sudah tewas terbungkus plastik dengan tangan dan kaki terpotong.

"Sama sekali nggak mikir kalo mama meninggal. Kirain HP-nya rusak. Ternyata malah begini," ujar Ervi.

Ervi pun juga membenarkan bahwa ia sempat menjalani tes DNA di Mapolsektro Cikupa pada Jumat pekan lalu.

"Cuma ditanya-tanya ciri-ciri mama kayak gimana, terus umurnya berapa. Ditesnya cuma diambil ludah, " kata Ervi.

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas