TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Putu Elvina, mengkritik tajam mengenai peran ayah terhadap perkembangan anak.

Menurut Putu, pola pengasuhan di Indonesia ternyata tidak menjadikan ayah sebagai peran sentral. Anak hanya akan menjawab tugas ayah adalah bekerja atau mencari uang.

"Padahal kalau kita mau lihat, kita bicara tentang sejarah tentang buku-buku dimana lahir pemuda-pemuda pejuang hebat, itu ternyata tidak akan lepas dari peran sang ayah," kata Putu saat diskusi bertajuk 'Keluarga Antikorupsi' di Musem Nasional, Jakarta, kemarin.

Putu menuturkan peran ayah dalam membentuk kepribadian anak semakin lama semakin memudar. Peran ayah semakin tergerus oleh fungsi yang lain semacam materi yang digunakan untuk menggantikan peran ayah.

"Sehingga ini lah kemudian munculnya pengikisan karakter anak," ungkap dia.

Putu mengingatkan kaum ayah, peran mereka adalah untuk memberikan keberanian kepada anak-anak mereka. Anak akan belajar mengenai ketegasan dari ayah mereka.

Jika sang ayah bisa memberikan itu, niscaya anak ketika berada di lingkungannya tidak akan mudah terpengaruh.

"Mau tidak mau peran ayah di situ harus signifikan untuk mewarnai karakter anak di kemudian hari. Jaga anak di periode itu maka anak tidak akan mengalami kesulitan," kata dia.

Sebagai peringatan, Putu mengatakan data tahun 2015 di KPAI menyebutkan sekitar empat ribu kasus anak per tahun.

Persentase kasus yang terbesar dari empat ribu kasus itu adalah kasus anak yang berhadapan dengan hukum. Kasus ke-dua terbesar adalah anak dengan pengasuhan masalah asuhan. (Eri Komar Sinaga)