Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

20 Menit Mencekam Dalam Tahanan Abu Sayyaf

Rumah yang beralamat di Jalan Lorong 100 Timur No 86 RT 003 RW 010, Kel Koja, Kec Koja, Jakarta Utara, Minggu sore tiba-tiba mendadak ramai

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in 20 Menit Mencekam Dalam Tahanan Abu Sayyaf
Tribunnews.com/Taufik Ismail
Sembara Oktafian (28) ABK kapal tunda Henry yang diserang Kelompok Abu Sayyaf di Perairan Filipina-Malyasia, akhirnya tiba di rumahnya di jalan Lorong 100, nomor 86, Koja, Jakarta Utara, Minggu (24/4/2016) pada pukul 15.50 wib 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Rumah yang beralamat di Jalan Lorong 100 Timur No 86 RT 003 RW 010, Kel Koja, Kec Koja, Jakarta Utara, Minggu (24/4/2016) sore tiba-tiba mendadak ramai.

Pasalnya salah seorang anggota keluarga, Sembara Oktafian (26) tiba dengan selamat di rumah tersebut setelah sebelumnya sempat diculik kelompok bersenjata.

Raut wajah lelah masih terlihat jelas dari Sembara, Anak Buah Kapal (ABK) yang bertugas sebagai second engineer di Kapal TB Henry. Ia sampai di rumah setelah sebelumnya tiba di Bandara Soekarno Hatta usai perjalanan dari Tarakan menuju Jakarta.

Anak keempat dari tujuh bersaudara itu mengatakan sebelumnya tidak menyangka perjalanan yang diarungi dari Filipina menuju Tarakan pada 15 April akan diwarnai insiden.

Beruntung tidak lama berselang Sembara bersama rekan-rekannya diselamatkan angkatan bersenjata Malaysia.

Sembara menuturkan perjalanan dari Filipina menuju Tarakan merupakan kepulangannya setelah membawa muatan batubara beberapa hari sebelumnya.

Namun tiba-tiba saja musibah itu terjadi, kapal yang ditumpangi diserang perompak.

Berita Rekomendasi

Meski tidak bisa menjelaskan lebih rinci apa saja yang dialami, ia mengaku sempat berkumpul di buritan kapal bersama rekan-rekannya di hadapan para perompak.

Rasa panik, cemas, takut, semuanya bercampur aduk saat berhadapan dengan para perompak. Bahkan ia juga tidak mengetahui bagaimana rekannya, Lambas Simanungkalit sampai akhirnya tertembak.

"Diam aja di situ (buritan kapal) sampai selesai, habis itu teman saya ditembak tapi saya enggak lihat. Mereka ada lima orang dan bersenjata lengkap. Kami enggak diapa-apain, enggak ada yang dipukulin" ucap pria yang sudah bekerja selama 1,3 tahun di PT Global Trans Energi itu.

Ia menceritakan aksi para perompak tidak berlangsung lama. Pasalnya tidak lama kemudian angkatan bersenjata Malaysia tiba untuk melakukan penyelamatan. Sayangnya ia tidak bisa menceritakan momen pembebasan tersebut karena masih banyak pikiran.

"Kira-kira 20 menit kemudian, satu kapal Malaysia datang. Tapi saya enggak ingat persisnya saat proses tersebut (penyelamatan) berlangsung," ujarnya.

Setelah berhasil diselamatkan, ia bersama rekannya yang tertembak langsung dievakuasi ke RS Sampoerna di Malaysia sementara sisanya tetap berada di kapal. Setelah menemani rekannya di rumah sakit, ia kemudian dbawa ke kantor polisi setempat untuk dimintai keterangan.

Akibat kejadian tersebut Sembara mengaku mengalami trauma akan kejadian tersebut. Ia tidak ingin lagi melewati jalur tempat dirinya menjadi korban penculikan para perompak. "Enggak mau kalau lewatin rute itu lagi, masih trauma. Sebenarnya rute itu udah kesekian kalinya dilewatin cuma baru pertama kali ini dapat musibah," katanya.

Mesk demikian putra pasangan Zainal dan Asmanidar mengaku tetap akan menjadi pelaut. Dirinya tetap akan melaut meski tidak dalam waktu dekat karena saat ini dirinya masih mengalami trauma dengan apa yang dialami.

Dalam kesempatan tersebut, Asmanidar mengatakan dirinya mengaku khawatir teramat sangat akan kejadian yang menimpa Sembara. Peristiwa itu terjadi tidak lama setelah penyanderaan 10 ABK asal Indonesia yang ditawan kelompok Abu Sayyaf. "Enggak tenang, saya takut juga kalau mikirin yang kemarin," ucapnya.

Ia baru bisa bernafas lega setelah dirinya mendapatkan informasi anaknya tersebut berhasil diselamatkan. "Alhamdulillah sekarang anak saya sudah selamat. Saya dapat hari Sabtu (16/4) kemarin kalau anak saya terkena musibah kapal ya namun sekarang sudah selamat," katanya.

Meski sempat menghadapi peristiwa yang hampir merenggut nyawa sang putra, Asmanidar mengatakan tetap mengizinkan anaknya untuk kembali melaut. "Wanti-wanti aja saat melakukan pekerjaan. Kalau dilarang sih enggak, apalagi keluarga banyak yang pelaut dan memang cita-citanya ingin menjadi seorang pelaut," ujarnya.  (Junianto Hamonangan)

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas