Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jatuh Korban Saat Perobohan Bangunan Karena Tak Ada Koordinasi

Pada saat kejadian, warga sempat mendengar suara gemuruh yang demikian keras terdengar.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Jatuh Korban Saat Perobohan Bangunan Karena Tak Ada Koordinasi
Warta Kota/Acep Nazmudin
Upaya mengevakuasi bangunan yang roboh, sejumlah saksi mata menyatakan, suara gemuruh bangunan roboh terdengar sangat keras. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Bangunan Rumah Duka Heaven yang berada di Jalan Gedong Panjang, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (18/6/2016) roboh.

Pada saat kejadian, warga sempat mendengar suara gemuruh yang demikian keras terdengar.

Salah seorang warga Luar Batang, Odeng (28) mengaku sempat mendengar suara gemuruh sebelum kejadian. Ia pun tidak terlalu menghiraukan mengingat bangunan tersebut memang sedang dibongkar.

"Tadi itu pas saya lewat sini, dengar kayak suara gemuruh bruk... bruk... Banyak banget. Cuma saya enggak terlalu merhatiin," ungkapnya, Sabtu (18/6).

Ia baru menyadari adanya kejadian setelah dirinya kembali melintas di sekitar lokasi. Odeng melihat ada banyak kerumunan petugas dan warga di sekitar bangunan yang roboh tersebut.

"Pas saya balik lagi lewat sini ternyata sudah ada banyak petugas. Enggak tahu kalau bakal begini kejadiannya," ucapnya.

Kapolsek Metro Penjaringan Kompol Bismo Teguh mengatakan peristiwa tersebut terjadi sekira pukul 09.30 WIB saat korban sedang membongkar bangunan yang sudah lama tidak difungsikan itu.

BERITA REKOMENDASI

"Jadi, korban selaku buruh bangunan terjebak reruntuhan bangunan gedung Heaven yang runtuh saat bekerja membongkar bangunan," katanya.

Robohnya bangunan itu sendiri diduga karena proses merobohkan tidak melakukan antisipasi. Ketika ada perintah dari mandor, tidak mempertimbangkan unsur keselamatan menimpa orang yang ada di bawahnya.

Pasalnya ketika melakukan proses merobohkan bangunan, sejumlah buruh bangunan masih ada di lantai bawah sedang memasang jaring-jaring. "Jadi diduga tidak dicek terlebih dahulu ketika ada perintah dari pelaksana ke mandor hingga kemudian memerintahkan ke pekerja. Ternyata di bawahnya masih ada pekerja lain," ujarnya.

Bismo menambahkan pihaknya saat ini sudah memeriksa enam orang saksi atas peristiwa tersebut. Sementara mandor proyek pembongkaran yang belum diketahui identitasnya itu melarikan diri usai kejadian.

"Kita akan periksa saksi lain security kita akan periksa saksi ahli lkontruksi bangunan dan tenaga kerja disitu. Sejauh ini kita sudah teliti pengamanan belum dilakukan dan tingkat resiko belum diantisipasi," sambungnya.


Atas peristiwa tersebut, enam orang pekerja menjadi korban dimana satu di antaranya meninggal dunia yakni Nana. Sementara korban lainnya yakni Nursida, Suhendi, Asep, dan Yanto dievakuasi ke RS Atmajaya untuk memperoleh pertolongan.

Khusus satu korban lainnya yakni Deden, membutuhkan waktu sembilan jam untuk menyelamatkan korban dari puing-puing bangunan. (Junianto Hamonangan)

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas