Ini Alasan Massa Halau Truk Sampah DKI Memasuki TPST Bantar Gebang
Wandi mencontohkan, air tanah di lingkungan rumahnya sudah tercemar sampah.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Massa menghalau truk sampah DKI Jakarta yang hendak masuk ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang di Kota Bekasi, Rabu (22/6/2016) siang.
Pemblokiran ini dipicu karena jumlah sampah yang dibuang ke TPST sudah melebihi kuota yang telah disepakati antara DKI dengan pengelola, PT Godang Tua Jaya (GTJ).
"Kami menolak keras truk sampah DKI masuk lagi karena sampah yang sudah masuk mencapai 2.000 ton," ujar Wandi (45) koordinator aksi saat di TPST Bantar Gebang.
Wandi mengatakan, berdasarkan nota kesapahaman (MoU) antara DKI Jakarta dengan GTJ, bahwa per Januari 2016 jumlah sampah yang masuk ke TPST mencapai 2.000 ton per hari.
Namun kenyatannya jumlah sampah yang masuk mencapai 6.000-7.000 per hari.
"Aksi kami ini murni sebagai kontrol terhadap lingkungan sendiri, karena jumlah sampah yang masuk melebihi perjanjian sangat merugikan lingkungan kami," kata Wandi.
Wandi mencontohkan, air tanah di lingkungan rumahnya sudah tercemar sampah.
Warga terpaksa membeli air bersih sebesar Rp 4.000 per galon untuk dikonsumsi atau keperluan memasak.
Kondisi ini kata dia, diperparah dengan jumlah sampah yang melebihi perjanjian antara kedua belah pihak.
"Permukiman kami sudah semakin bau dengan adanya sampah ini. Kami minta, agar DKI kembali ke perjanjian lama bahwa sampah dibuang hanya 2.000 ton per hari," jelas Wandi.
Gunin (42) warga lainnya, mengatakan truk sampah DKI baru bisa kembali ke TPST Bantar Gebang keesokan harinya atau Kamis (23/6). Sebab jumlah sampah yang dibuang sudah mencapai 2.000 ton.
"Dari pukul 00.00 sampai 12.00 jumlah sampah yang terbuang mencapai 2.000 ton. Untuk itu, kami suruh mereka pulang dan boleh kembali ke sini keesokan harinya," kata Gunin.
Penulis: Fitriyandi Al Fajri