Perjuangan Kuli Panggul Membantu Pemudik di Stasiun Senen
"Pokoknya apa aja yang bisa menghasilkan saya kerjain," kata Ragiman yang sudah menjadi kakek di kampungnya.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selain ramai dengan para calon pemudik, di Stasiun Pasar Senen juga tampak para kuli panggul yang siap membantu membawakan barang-barang para pemudik.
Mengenakan seragam dengan degradasi warna biru oranye, mereka selalu siap sedia membantu apabila tenaganya dibutuhkan.
Di temui Warta Kota di sela-sela istirahat setelah mengatarkan barang, Ragiman tampak sedang duduk santai menikati suasana stasiun.
"Saya udah jadi kuli panggul sejak tahun 97, dari zamannya pak harto," kata Ragiman, kuli panggul dengan nomor seragam 067 itu, Sabtu (2/7/2016).
Berasal dari Lamongan Jawa Timur, ia menyampaikan bahwa tidak akan pulang kekampung untuk lebaran tahun ini.
"Tiket kereta mahal, pulang paling kalo ada kerjaan kaya lagi musim panen atau ada ajakan jadi kuli batu. Pokoknya apa aja yang bisa menghasilkan saya kerjain," kata Ragiman yang sudah menjadi kakek di kampungnya.
Dia tinggal mengontrak bersama tiga orang kuli panggul lainnya di daerah sekitaran Stasiun Pasar Senen.
Dengan rambut yang sudah mulai tipis dan memutih, ia bercerita tentang bagaimana situasi stasiun beberapa hari belakangan ini.
"Hari biasa sama sekarang sama aja, ga rame-rame banget ga kaya zaman dulu," tuturnya sambil sesekali melihat kearah rel kereta yang akan segera datang.
Sebagai salah satu dari 176 kuli panggul di Stasius Pasar senen, pendapatan yang ia dapat setiap harinya tidak menentu.
"Kitakan kerja dari kasihan orang. Kadang ada yang karena kasihan ada juga yang ditanya cuman diem aja," ujarnya
Dengan demikian pendapatan perharinyapun tidak menentu, tergantung ada yang mau di angkut atau tidaknya.
"Paling banyak sehari dapet 5 atau 6 orang, pernah ga sama sekali. Biasanya mereka ngasih 10.000 sampai 20.000 per sekali ngangkut," ujarnya.
Penulis: Alija Berlian Fani