Kisah Para Pencuci Kereta: Tak Bisa Mudik, Cuma Punya Satu Hari Libur Reguler
Dicky dan teman satu timnya mengaku selama masa Lebaran ini ia hanya diberi libur satu hari
Penulis: Yurike Budiman
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yurike Budiman
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tak banyak yang memperhatikan, ada sejumlah orang yang berjasa saat sebagian warga Jakarta mudik saat Lebaran.
Seperti halnya para pencuci gerbong kereta yang ditemui Tribunnews.com di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat.
Pekerjaan mereka mungkin tidak mencolok namun butuh pengorbanan demi kenyamanan para penumpang kereta.
Dicky Fadhilah (28), salah satu pencuci gerbong kereta terlihat sibuk bekerja bersama dua rekannya. Ia dengan giatnya membersihkan badan Kereta Api Menoreh, yang baru tiba di Stasiun Pasar Senen pukul 15.00 WIB, Minggu (10/7/2016).
Bermodalkan seember air campuran sabun, selang untuk air bersih, dan sikat bergagang panjang, ia dan kedua rekannya bekerja sama mencuci 11 gerbong kereta yang panjangnya mencapai 220 meter.
"Kerja begini gak ada liburnya. Mau bagaimana lagi, Lebaran ya di sini, nyuci kereta. Kalau kita pulang, siapa yang nyuci kereta?" ujar pria yang sudah bekerja sebagai pencuci kereta selama 1 tahun 6 bulan tersebut.
Dicky dan teman satu timnya mengaku selama masa Lebaran ini ia hanya diberi libur satu hari dari yayasan penyalur tenaga kerja (outsourching) untuk bagian cleaning service yang menaunginya.
Hal senada juga diungkapkan oleh seorang temannya yang bernama Albertus Heriko (23).
"Gak dikasih libur, ya masuk saja reguler hanya libur satu hari. Apalagi kalau Lebaran begini, cuci kereta bisa lima rangkaian. Hari biasa hanya dua rangkaian," ujar Heriko sembari menyikat badan dan jendela kereta.
Mereka harus melakukan pekerjaannya saat kereta baru saja datang dari berbagai daerah.
"Ini kan dicuci setiap datang, jadi misalnya seperti ini tadi berangkat dari Semarang, tujuan Stasiun Pasar Senen, ya pasti dicuci dulu sesampainya di sini. Nanti berangkat lagi malam, untuk keberangkatan selanjutnya," jelasnya.
Walau pekerjaannya dalam satu tim berisi 14-15 orang, ia tetap mengaku ada bagian yang sulit untuk dibersihkan.
"Ya kan yang nyuci hanya tiga, sisanya di dalam gerbong. Tapi kalau menurut saya yang paling susah itu kayak sudut-sudut kecil kayak sisi samping kecil kereta dan kaca," cerita Riko.