Aneh! Teguh Santosa Pesaing Ahok di Pilkada Jakarta Ini, Tak Didukung Rachmawati
Teguh Santosa menjabat sebagai Wakil Rektor Universitas Bung Karno (UBK) dengan pendirinya Rachmawati. Ini alasannya Rachmawati tak beri dukungan.
Editor: Robertus Rimawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Teguh Santosa menjabat sebagai Wakil Rektor Universitas Bung Karno (UBK) dengan pendirinya Rachmawati.
Anehnya Teguh Santosa yang menjadi pesaing petahana Basuki Tajahaja Purnama (Ahok) tak mendapat restu atau dukungan dari Rachmawati.
Apa alasannya? Simak ini.
Bakal calon gubernur DKI Jakarta Teguh Santosa, Senin siang (11/7/2016) menemui pendiri Universitas Bung Karno (UBK) Rachmawati Soekarnoputri di kediamannya.
Di rumah yang beralamat di Jalan Jatipadang Raya, Jakarta Selatan Teguh dan Rachma membahas rencana kuliah umum mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, pada salah satu kegiatan Dies Natalis UBK.
Kepada wartawan yang bertanya kepadanya soal isi pertemuan, Teguh mengatakan dirinya dan Rachmawati tidak membahas pemilihan gubernur DKI Jakarta yang sudah semakin dekat.
Teguh yang dikenal sebagai wartawan senior serta pemimpin sebuah media massa nasional itu tengah mengikuti proses penjaringan bakal calon gubernur di PDI Perjuangan, Partai Demokrat dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Selain sebagai wartawan, Teguh juga dikenal sebagai dosen di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan London School of Public Relations (LSPR) Jakarta.
Adapun di UBK dia merupakan salah seorang wakil rektor yang membidangi masalah kerjasama.
Beberapa waktu lalu, ketika mengunjungi kawasan Luar Batang di Jakarta Utara, Rachmawati mengatakan dirinya tidak mendukung pencalonan Teguh yang dikenalnya sejak lama.
Menurut Teguh, dirinya bisa memahami mengapa Rachmawati mengatakan tidak mendukung dirinya.
Sikap Rachmawati itu, sebut Teguh, didasarkan pada pertimbangan bahwa pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan derivasi dari sistem politik liberal yang diadopsi Indonesia setelah UUD 1945 diamandemen.
“Saya tentu memahami kritik keras Mbak Rachma terhadap sistem demokrasi liberal yang sekarang kita anut. "
"Tetapi di sisi lain, saya juga melihat harus ada semacam ijtihad politik bila kita ingin membenahi kembali demokrasi kita,” ujar Teguh menjelaskan.