Sri Wiyarti Ingin Para Ibu Aktif dalam Kegiatan Posyandu
Merebaknya kasus vaksin palsu di Jakarta membuat salah satu petugas Posyandu Anak di kawasan Menteng, Sri Wiyarti, merasa terpukul.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Merebaknya kasus vaksin palsu di Jakarta membuat salah satu petugas Posyandu Anak di kawasan Menteng, Sri Wiyarti, merasa terpukul.
"Aduh aku kasian sama anak-anaknya mbak, divaksin tapi nggak dapat apa-apa, saya nih ketua posyandu merasa terpukul sekali dengan kejadian itu," ungkap Sri saat ditemui Tribunnews di salah satu mal di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan.
Pelayanan kesehatan masyarakat, Posyandu Anak juga dapat memberikan vaksin kepada anak-anak tidak hanya di rumah sakit dan Puskesmas. Warga juga tidak perlu membayar karena program pemerintah yang menggratiskannya.
Walaupun gratis tapi masih ada saja orang tua yang tidak mau membawa anaknya ke Posyandu.
Sri selaku Ketua Posyandu Rw.12, Menteng Atas, biasanya langsung menyambangi kediaman warga yang tidak mau membawa anaknya ke Posyandu dan memberikan arahan agar mau membawa anaknya ke Posyandu.
Dimulai dengan menjadi ibu PKK lalu fokus ke bagian Posyandu, Sri Wiyarti memberikan dedikasi yang tinggi baik di Posyandu Anak maupun Posyandu Lansia.
Sri pernah membuka Posyandu di rumah pribadinya.
"Saya aja yang kepengen, saya nggak usah keluar rumah, saya juga pengen sediain semuanya, saya juga masih punya halaman di rumah," kata lulusan D3 Bahasa Inggris itu saat ditanya alasan kenapa menjadikan rumahnya sebagai tempat Posyandu.
"Tapi kan sekarang kata pemerintah nggak boleh merepotkan warga, jadi dibuat di sarana umum, sekarang ditempatkan di Pos RW, ada 2 tempat. Kalau hari-hari biasa dipakai buat PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)," tambahnya kepada Tribunnews.
Ibu rumah tangga itu juga tidak lupa mengurus dan mendidik putra-putrinya. Memiliki 4 orang putri ibu ini ajarkan kemandirian kepada anak-anaknya sejak dini. Ia tidak takut anaknya berangkat dan pulang sekolah sendiri. Menurutnya hal tersebut juga dapat menumbuhkan sikap berani putri-putrinya.
Sosok inspiratif ini dari awal menikah memang telah memutuskan untuk mengabdikan diri sepenuhnya kepada keluarga, walaupun awalnya ia iri melihat wanita-wanita yang berangkat kerja pada pagi hari.
"Awalnya aku ngiri sama orang yang berangkat kerja, tapi setiap melihat anak, aku kasihan. Aku yang memutuskan sendiri sebagai rasa tanggung jawab ku. Aku kan tinggal di pemukiman padat penduduk, malu sama tetangga kalau nanti anak saya kenapa-kenapa karena nggak keurus," cerita Bu Sri sambil tetap memperhatikan 4 cucunya yang sedang bermain.
Pengabdiannya yang besar kepada masyarakat mendapatkan perhatian dari pemerintah, ia mendapatkan penghargaan sebagai Kader Posyandu terbaik dari Wali Kota Jakarta Selatan di tahun 2006, tentunya setelah melewati beberapa tahap pengujian dari kelurahan dan kecamatan setempat.
Meskipun tidak punya latar belakang kesehatan, Sri Wiyarti belajar untuk dapat memberikan pelayanan yang baik.
Setiap pelatihan ia mengikuti secara serius, mencatat materi yang diajarkan. Sampai saat ini Sri masih menyimpan semua materi yang pernah dicatatnya.
Impiannya adalah bisa membawa ibu-ibu lain untuk dapat berguna bagi lingkungan sekitar.
"Saya ingin membawa ibu sekitar nggak cuma nonton tv, ngerumpi, tapi juga bisa memanfaatkan tenaganya bagi lingkungan sekitar. Saya juga menyarankan semua RT harus ikut serta juga dalam pengembangan Posyandu karena dia kan ujung tombak yang tahu data warga," tegas Sri.
Keluarga Sri Wiyarti juga sangat mendukung pengabdiannya, salah satu anaknya bahkan menggunakan buku catatan kesehatan Sri sebagai bahan pelajaran saat kuliah perawatan.
Waktu zaman krisis Sri bahkan mendapat bantuan susu dari Jepang untuk anak-anak sebanyak 8 kaleng per keluarga. Tidak langsung diberikan kepada keluarganya agar tidak dijual, ia memberikannya secara bertahap. Setiap Minggu warga bawa kaleng susu ke rumahnya untuk diisi ulang, lalu berat anaknya ditimbang.
Selama ia mengabdi ia akan terus mengabdi. Ia juga tidak mengharapkan uang yang banyak dari pengabdiannya itu.
"Selama saya mau saya kerjakan, karena kan nggak gampang ya kerja sama orang yang kadang nggak ngerti, yang kadang mikirnya uang juga," ungkap Sri.
Pengabdian Sri Wiyarti yang lebih dari 25 tahun kepada masyarakat patut dijadikan contoh oleh semua pihak khususnya pihak-pihak yang bekerja di bagian kesehatan anak, agar mementingkan kesehatan anak-anak yang mereka layani bukan pemasukan yang terkadang didapat dari hasil kejahatan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.