Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ini Komentar Mantan Menteri Kesehatan soal Vaksin Palsu

Mantan Menteri Kesehatan, Ahmad Sujudi menilai, untuk mengatasi adanya vaksin palsu diperlukan adanya pengawasan

Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Sanusi
zoom-in Ini Komentar Mantan Menteri Kesehatan soal Vaksin Palsu
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Direktur Pengawasan Distribusi Obat Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Arustiono (tengah) bersama Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri Brigjen Pol Agung Setya (kiri), Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Maura Linda Sitanggang (kedua kiri), Sekretaris Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia Piprim Basarah Yanuarso (kedua kanan), dan Kepala Biro Komunikasi Kementerian Kesehatan Oscar Primadi (kanan) memberikan keterangan kepada wartawan terkait tindak lanjut penanggulangan vaksin palsu di Jakarta, Selasa (12/7/2016). Dalam keterangannya Kementerian Kesehatan akan memberikan vaksinasi ulang kepada anak-anak yang terdata mendapat vaksin palsu dan akan dimulai dari satu klinik yang berada di Ciracas, Jakarta Timur pada pekan depan. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Menteri Kesehatan, Ahmad Sujudi menilai, untuk mengatasi adanya vaksin palsu diperlukan adanya pengawasan yang ketat dalam pendistribusian vaksin.

Menurutnya, pengawasan tersebut harus dilakukan mulai dari hulu sampai hilir.

"Jadi pengawasan distribusi vaksin itu harus menyeluruh, mulai dari hulu sampai hilir, tidak bisa terputus. Kalau bisa satu tangan," kata Ahmad dalam diskusi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (16/7/2016).

Dikatakan Ahmad, sebelumnya pengawasan distribusi vaksin itu sangat diawasi dengan ketat oleh BPOM.

Namun seiring berjalannya waktu, kewenangan BPOM mulai 'diamputasi' oleh Kementerian Kesehatan dalam mengawasi peredaran vaksin.

"Obat termasuk vaksin mulai dari hulu diawasi BPOM, itu diawasi ketat sekali. Tapi kemudian kini pengawasan itu (vaksin) bukan BPOM tapi dinas kesehatan termasuk pengawasan obat," tuturnya.

Masih kata Ahmad, untuk menghindarkan persoalan vaksin palsu ke depan, peerlunya rumah sakit lebih melakukan kewaspasaan.
Menurutnya, diperlukan audit di rumah sakit agar diketahui distributor 'nakal' yang mencoba mengedarkan produk palsu.

Berita Rekomendasi

"Jadi rumah sakit perlu juga diaudit. Dengan rumah sakit lakukan audit, ketahuan distributornya (yang nakal)," tandasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas