PDIP Berpotensi Blunder Jika Usung Risma Dalam Pilkada DKI
"Tentu riskan membawa Risma ke kancah perebutan DKI 1 dengan elektabilitas yang belum mencapai 50 persen."
Penulis: Rizal Bomantama
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rizal Bomantama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia yang diketuai Hamdi Muluk baru saja merilis survei opinion leader "Menakar Kandidat DKI 1", Senin (1/7/2016).
Dalam survei yang dilakukan terhadap 215 ahli di bidang politik tersebut menyebutkan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Ridwan Kamil, dan Tri Rismaharini sebagai kandidat kuat Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022.
Khusus untuk Risma, namanya kembali disebut-sebut akan diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan untuk maju ke Pilkada 2017 lantaran partai berlambang banteng tersebut tak kunjung meminang Ahok.
Namun, Hamdi Muluk menyebutkan langkah tersebut dapat membuat PDIP blunder.
"Tentu riskan membawa Risma ke kancah perebutan DKI 1 dengan elektabilitas yang belum mencapai 50 persen."
"Apalagi dalam Undang-Undang Pilkada disebutkan bila seorang pejabat daerah ingin mencalonkan diri di tempat atau posisi lain maka ia harus meninggalkan jabatannya yang lama," ujar Hamdi Muluk kepada Tribunnews.com, Senin (1/8/2016).
Hamdi melanjutkan bila risiko tersebut diambil PDIP dan Risma ternyata kalah maka PDIP harus siap kehilangan popularitas Risma di Surabaya.
"Popularitas Risma sendiri akan jatuh di mata rakyat Surabaya karena sebelumnya ia berjanji tidak akan meninggalkan Surabaya sebelum masa jabatan habis. Mengajukan Risma sama dengan pertaruhan besar buat PDIP," ujar Direktur Eksekutif Indikasi Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi.
Survei tersebut dilakukan Lembaga Psikologi Politik UI dengan memperhatikan beberapa aspek antara lain elektabilitas, popularitas, kapabilitas, karakter dan lain sebagainya.
Selain tiga nama di atas Lembaga Psikologi UI juga mengambil beberapa nama kandidat lain sebagai objek survei, yaitu Sandiaga Uno, Yusril Ihza Mahendra, Syafrir Sjamsudin, Soeyoto, Djarot Syaifullah, dan Yoyok Rio Sudibyo.