Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Anggota DPD: Penggusuran Bukan Hanya Robohkan Rumah, Tetapi Hancurkan Kehidupan Warga

Tindakan penggusuran ini disesalkan banyak pihak termasuk anggota DPD asal DKI Jakarta, Fahira Idris.

Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Anggota DPD: Penggusuran Bukan Hanya Robohkan Rumah, Tetapi Hancurkan Kehidupan Warga
Tribunnews.com/ Yurike Budiman
Fahira Idris 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Zulfikar

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kembali melakukan penggusuran pemukiman warga di Bukit Duri, Jakarta Selatan. Tindakan penggusuran ini disesalkan banyak pihak termasuk anggota DPD asal DKI Jakarta, Fahira Idris.

Fahira menilai, karena selain masih berproses di pengadilan, warga Bukit Duri pernah dijanjikan tidak akan digusur, tetapi ditata dengan membangun kampung susun manusiawi Bukit Duri.

"Warga Bukit Duri itu taat hukum. Kenapa diperlakukan seperti ini? Mereka menolak dengan cara-cara damai salah satunya lewat jalur hukum. Pengadilan sudah tegas menerima class action warga yang meminta Pemprov tidak melanjutkan pembangunan normalisasi Kali Ciliwung selama sidang berlangsung," kata Fahira di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (28/9/2016).

Senator asal Jakarta itu menuturkan, seharusnya Pemprov DKI menunggu putusan pengadilan atau memakai pendekatan persuasif dan berdialog dengan warga. Warga Bukit Duri, kata Fahira, berhak menuntut penuntasan janji bahwa permukiman mereka akan dijadikan kampung susun manusiawi, bukan diratakan dan disuruh pindah ke rusun yang jaraknya jauh dari lokasi mereka semula.

Menurut Fahira, Pemprov DKI Jakarta tidak bisa mengklaim bahwa penggusuran yang mereka lakukan di Bukit Duri demi Jakarta tidak banjir dan demi memanusiakan warga Bukit Duri yang hidup di lingkungan kumuh.

"Itu klaim sepihak. Warga yang direlokasi ke rumah susun harus memeras otak untuk menghadapi tekanan hidup yang baru. Bukan hanya soal ongkos transportasi ke tempat kerja atau lokasi usaha mereka yang sekarang jauh, mereka juga harus mencari cara agar bisa membayar biaya sewa rusun, tagihan listrik," tuturnya.

Berita Rekomendasi

"Belum lagi memikirkan anak yang harus pindah sekolah. Yang mereka robohkan bukan hanya rumah, tapi juga kehidupan," tandasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas