Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ketika Pilpres AS dan Pilgub DKI Sama-sama "Jual" Isu SARA

Kata Taufik, Anies Baswedan merupakan sosok calon pemimpin yang lembut.

Penulis: Hasanudin Aco
zoom-in Ketika Pilpres AS dan Pilgub DKI Sama-sama
DOK. KOMPAS.COM
Tiga pasang calon gubernur dan wakil gubernur yang akan bertarung dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Dari kiri ke kanan: Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saeful Hidayat, Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. 

"Kalau Anies mau dikenang sebagai negarawan, harus mengatakan ke basis pendukungnya berhenti menggunakan isu SARA," kata Ade dalam diskusi PARA Syndicate di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (14/10/2016) seperti dikutip dari Kompas.com.

Ade mencontohkan dalam fanpage Anies-Sandiaga di Facebook, banyak unggahan dari pendukung mereka yang kerap menyinggung sentimen agama.  Menurut Ade, Anies bisa saja menyatakan keberatan jika pendukungnya menggunakan namanya untuk menyerang kubu lain dengan isu SARA.

Sebelumnya, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta dari Partai Gerindra, M Taufik menegaskan bakal cagub dan cawagub DKI yang diusung partainya tidak mungkin memainkan isu SARA (suku, agama, ras dan antargolongan) pada Pilgub DKI.

Apalagi cagub Gerindra-PKS Anies Baswedan.

Kata Taufik, Anies Baswedan merupakan sosok calon pemimpin yang lembut.

"Udah nggak mungkin dari kami (memainkan) isu SARA. Anies Baswedan itu kan lembut orangnya," ujar Taufik saat ditemui di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Rabu (12/10/2016).

Menurut Taufik, sosok mantan rektor Universitas Paramadina tersebut jauh berbeda dengan sosok sang petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.  "Nggak nyablak gitu loh, gimana mau nyebarkan isu SARA," jelas Taufik.

Berita Rekomendasi

Lebih lanjut, Taufik pun menyindir Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang menurutnya memunculkan isu sara tersebut.  Ia menganggap Ahok tidak menyadari akan hal itu. "Yang nyentuh isu SARA siapa? Kan nggak boleh juga memicu timbulnya isu SARA, calon harus menyadari itu," tegasnya.

Taufik pun menekankan bahwa dalam pilkada, isu sensitif tersebut sebaiknya tidak pernah dimunculkan. "Yang isu SARA ya nggak boleh dimainkan, nggak boleh disentuh," tandas Taufik.

Pernyataan tersebut ia sampaikan usai menghadiri pertemuan dengan petinggi Polri dan Polda Metro Jaya membahas Pilkada damai. Ia menyambangi Kapolda metro bersama sejumlah politisi diantaranya politisi partau Hanura Ongen Sangaji, dan Ketua KPUD DKI Jakarta Sumarno.

Efektifkah Isu SARA?

Penggunaan isu SARA di Pilgub DKI bergulir. Namun apakah itu efektif memenangkan Pilgub DKI?

"Untuk kategori pemilih non-Muslim, antara 80 sampai 85 persen, mengarah ke BTP (Basuki). Saya tidak tahu apakah mobilisasi sedang berjalan pada tingkat grass root, misalnya lembaga-lembaga keagamaan yang memang kita tidak bisa mengetes, entah itu di gereja atau di keluarga. Meski begitu, unsur SARA masih mendominasi pilkada," kata peneliti senior Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta, Ali Munhanif, saat ditemui Kompas.com dalam sebuah diskusi di Jakarta, Kamis (6/10/2016).

Meski begitu, ketika dilihat lebih lanjut, Ali mendapati ada sekitar 42 persen pemilih Muslim yang juga memilih Basuki. Dari hal tersebut, dia menilai, unsur atau isu agama tidak lagi dapat diandalkan untuk merebut suara pemilih di DKI Jakarta.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas