Tewasnya Sultan Membuat Penyidikan Kasus Penyerangan Polisi di Tangerang Buntu
"Sangat disayangkan, pelaku tewas karena kehabisan darah. Ini membuat penyidikan jadi buntu, gelap,"
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pelaku penyerangan terhadap tiga anggota polisi di Cikokol, Tangerang tewas akibat kehabisan darah.
Hingga saat ini pun Polisi sedang sibuk mencari motif pelaku.
Peneliti terorisme dan intelijen dari Universitas Indonesia (UI) Ridlwan Habib melihat penyidikan akan buntu dengan tewasnya pelaku.
"Sangat disayangkan, pelaku tewas karena kehabisan darah. Ini membuat penyidikan jadi buntu, gelap," ujar Ridlwan Habib kepada Tribunnews.com, di Jakarta, Jumat (21/10/2016).
Menurut Ridlwan, sudah beredar video di youtube yang menunjukkan pelaku diinterogasi polisi dalam keadaan luka parah.
"Di video itu sama sekali tidak ada upaya pertolongan medis segera supaya dia tetap hidup, " kata Ridlwan.
Padahal, menurutnya, jika Sultan bisa dipertahankan nyawanya, dia bisa dibawa ke pengadilan secara terbuka.
"Jadi bisa kita ketahui motifnya. Kalau tersangka tewas, gelap lagi," katanya.
Memang dari keterangan keluarga, pelaku pernah belajar di Ponpes binaan Fauzan Al Anshari di Ciamis.
"Ustad Fauzan sudah meninggal karena sakit. Namun pesantrennya masih. Itu yang difilmkan dengan judul Jihad Selfie, " kata Ridlwan.
Sementara itu, Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Mochammad Iriawan mengungkapkan pihaknya akan menelusuri Pondok Pesantren di Ciamis, Jawa Barat sebagai tempat Sultan Aziansyah (22) menimba ilmu.
Sultan sempat berguru di pesantren tersebut hingga akhirnya mendapatkan paham radikal.