Dikejar Massa ketika Blusukan, Ahok: Ini Mencederai Demokrasi
Puluhan warga yang menolak kedatangan Ahok membawa spanduk bertuliskan Ahok penista agama, dia dajal.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok merasa massa puluhan orang yang mengejarnya di Jalan Ayub, Rawa Belong, Jakarta Barat, telah mencederai demokrasi Indonesia.
Ahok heran dengan massa puluhan orang yang mengejarnya, saat blusukan.
Sebab, masyarakat asli setempat menerima dengan hangat kedatangannya.
"Saya kira ini mencederai demokrasi kita ya. Masyarakat semua terima kok. Masyarakat penduduk asli terima kok. Mereka hanya segelintir orang yang berteriak-teriak itu. Ini yang saya katakan ini tidak dewasa," ujar Ahok di Polsek Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Rabu (2/11/2016).
Puluhan massa yang mengejar Ahok, membawa spanduk bertuliskan Ahok penista agama, dia dajal.
Diduga berkaitan dengan kasus penistaan agama yang tengah ditangai Bareskrim Polri.
"Hukum negara kita kan enggak bisa dipaksa, harus ada aturan. Aturan disepakati ya sudah. Kalau kayak gini kan kasian masyarakat ketakutan dengar suara-suara begitu, teriak-teriak begitu," kata Ahok.
Sebelumnya, massa puluhan orang berlari mengejar Ahok di Jalan Ayub, Rawa Belong, Jakarta Barat, Rabu (2/11/2016).
Ahok tiba sekitar pukul 16.00.
Ahok turun mobil, kemudian sempat blusukan dan menyapa seorang warga yang berjualan baso, "Ini bikin sendiri ya bu?" kata Ahok.
"Iya Pak, foto dulu Pak, jarang-jarang ke sini," ucap ibu penjual baso.
Setelah menyapa dan bersalaman dengan warga, Ahok yang mengenakan kemeja kotak-kotak merah masuk gang di Jalan Ayub, gang sempit yang lebarnya hanya 2 meter.
Awalnya, warga masih menyambut hangat kedatangan Ahok.
Tak berselang lama, segerombolan orang berlari dari kejauhan seraya berteriak, "Mana Ahok?"
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.