Pendemo Berniat Menginap di Depan Istana
Pukul 11.00 pimpinan GNPF bersama ulama menetapkan kesepakatan target aksi damai yang akan diperjuangkan kepada Presiden
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Gerakan Nasional Pembela Fatwa-Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) menceritakan kronologi aksi damai 4 November 2016, yang kemudian berakhir rusuh.
"Pukul 10.00 WIB GNPF memberikan pengarahan kepada pengendali barisan aksi dan para orator. Pesannya, ini adalah aksi damai dan harus menunjukkan akhlaqul karimah," kata Ketua GNPF-MUI KH Bachtiar Nasir, dalam jumpa pers di Senayan, Jakarta, Sabtu (5/11/2016).
Dalam jumpa pers tersebut, Bachtiar Nasir didampingi Habib Rizieq Syihab, KH Misbahul Anam,KH. Muhammad Zaitun Razmin, dan Munarman. Dikatakan, pukul 11.00 pimpinan GNPF bersama ulama menetapkan kesepakatan target aksi damai yang akan diperjuangkan kepada Presiden Jokowi.
Bachtiar mengatakan usai salat Jumat di Masjid Istiqlal semua peserta melakukan longmarch menuju istana sesuai rencana. "Orasi didepan Istana baru dimulai ba'da ashar," kata Bachtiar.
Perundingan pertama mengutus dua orang yakni Bachtiar Nasir dan Zaitun Razmin untuk mendatangi istana. Hasilnya, juru runding menolak melakukan perundingan karena hanya ditemui Menkopolhukkam Wiranto serta sejumlah menteri sebagai utusan resmi Presiden Jokowi.
"Juru runding mendatangi Istana untuk kedua kalinya namun kemudian tetap menolak untuk berunding karena Istana tetap menawarkan Menkopolhukkam dan petinggi lainnya," kata Bachtiar.
Selanjutnya, kata Bachtiar, Pangdam Jaya Mayjen TNI Tedy Lhaksamana dan Kapolda Metro Jaya Irjen Muhammad Iriawan berinisiatif mendatangi mobil peserta aksi dan memberi salam hormat. Kedatangan mereka untuk menemui Habib Rizieq dan menawarkan juru runding bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Juru runding bertambah dengan kehadiran KH Misbahul Anam. "Habib Rizieq bersedia memenuhi penawaran tersebut dengan jaminan agar Wapres bersedia memerintahkan Kapolri untuk menangkap BTP (Basuki Tjahaja Purnama) hari itu juga," kata Bachtiar.
Bachtiar mengatakan perundingab berjalan alot. Hasilnya, Jusuf Kalla memberikan jaminan akan memproses hukum Ahok secara cepat, tegas, dan transparan serta meminta waktu selama dua minggu.
Peserta aksi menolak hasil tersebut dan sepakat untuk bermalam di depan Istana Negara. Bactiar menuturkan KH Arifin Ilham berinisiatif menemui Wapres Jusuf Kalla.
Pembubaran paksa
Kericuhan kecil, katanya, sudah mulai terjadi sebelum rombongan mobil komando tiba, antara massa yang terprovokasi dengan barikade polisi. Tetapi, Laskar FPI menjadi pagar pembatas antara massa dengan polisi.
"Tak lama setelah adzan isya berkumandang petugas secara tiba-tiba melakukan tindakan fisik merangsek dan mendorong untuk membubarkan secara paksa dengan menembakkan gas air mata dan peluru karet," kata Bachtiar.
Ia menuturkan Wapres Jusuf Kalla, Menkopolhukkam Wiranto dan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian bereaksi marah atas kecerobohan aparat. "Berkali-kali Kapolri dan Panglima TNI memerintahkan aparat untuk berhenti menembak massa lewat pengeras suara tetapi tak digubris," kata Bachtiar.
Menurut Bachtiar, kejadian tersebut telah memakan satu korban meninggal dunia yakni Syahrie Oemar (65) l, warga Curug, Tangerang, Banten. Puluhan korban terkena tembakan peluru karet, tertabrak motor polisi dan gas air mata.
Akhirnya, peserta aksi bergerak menuju Gedung MPR/DPR. Pada pukul 03.00 WIB, delegasi GNPF MUI diterima Ketua MPR Zulkifli Hasan dan sejumlah anggota Komisi III DPR.
"Komisi III DPR kemudian memberikan jaminan akan menekan pemerintah pusat untuk memenuhi janjinya di depan massa aksi damai," kata Bachtiar.
Pada pukul 04.05 WIB, Sabtu, GNPF MUI membubarkan diri. "Alhamdullilah aksi damai berlangsung dengan maksimal meski ditekan, ditembaki dan dipukuli tapi kita bersabar dan tidak membalas, tidak melawan karena niat awal kita adalah aksi damai," kata Bachtiar. (ferdinand waskita)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.