Bikin Merinding, Catatan Ayah untuk Putrinya yang Tewas Kecelakaan
Ia memposting catatan mengenai anaknya itu yang berjudul 'Ranting Yang Hilang'.
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Vivi Febrianti
TRIBUNNEWS.COM - Ditinggalkan seseorang yang sangat dicintai memang menyisakan luka yang mendalam.
Seperti yang dialami oleh seorang pria yang ditinggalkan oleh anaknya.
Dilihat dari akun Facebooknya, Lukito Edi Nugraha, pria itu merupakan dosen Fakultas Teknik UGM.
Ia memposting catatan mengenai anaknya itu yang berjudul 'Ranting Yang Hilang'.
Sejak diterbitkan Selasa (8/10/2016), catatan itu telah banyak disukai netizen karena isinya yang menyentuh.
Begini isi catatannya:
Sebuah ranting dari pohon itu tiba-tiba patah.
Tidak ada lagi yang mengajak,”Bapak, ayo sholat berjamaah”.
Tidak terlihat lagi lampu kamar yang menyala di sepertiga malam terakhir karena si empunya malam sedang sholat tahajjud.
Tidak ada lagi sosok perempuan mungil yang menyiapkan sahur di ruang makan menjelang subuh setiap hari Senin dan Kamis.
Tidak terdengar lagi lantunan ayat-ayat Al-Quran setelah kami selesai sholat subuh.
Tidak ada lagi yang menyambut dengan ucapan,”Halo bapak…” saat bapaknya pulang dari kampus.
Tidak ada lagi yang meminta waktu untuk berdiskusi tentang kehidupan.
Tidak ada lagi pelukan hangat setelah nasihat-nasihat kepadanya tersampaikan.
Dan tidak ada lagi senyum khas yang disertai tatapan mata yg lembut setiap kali pandangan kita bertemu…
senyum dan tatapan yang tidak akan terlupakan sampai kapanpun…
Kamu telah pergi Nduk, meninggalkan kami semua.
Tetapi kamu pergi dengan meninggalkan banyak pelajaran bagi kami.
Kamu mengajari bapak, ibu, dan adik-adikmu tentang keshalihan
Kamu mengajari kami sekeluarga tentang bagaimana manusia membangun hubungan dengan Sang Khalik.
Kamu mengajari kami semua tentang kekuatan sebuah keluarga.
Kamu mengajari seluruh isi rumah ini tentang persistensi dalam belajar dan menuntut ilmu.
Banyak sekali Nduk yang kamu tinggalkan kepada kami…
Dan kemarin setelah sholat subuh… Kami berjanji akan meneladani apa yang telah kamu tunjukkan selama ini.
Bapak akan melanjutkan belajar bagaimana berlaku sebagai bapak yang baik bagi adik-adikmu.
Demikian juga dengan ibu. Adik-adikmu akan mencontoh semangat belajarmu, semangat menuntut ilmumu.
Kami semua akan belajar menumbuhkan keshalihan, seperti yang telah kau tunjukkan.
Kami tetap akan belajar, meskipun kamu sudah tidak berada di antara kami lagi.
Karena dengan cara itulah kami akan selalu mengenangmu.
Karena dengan cara itulah kamu akan tetap selalu berada di hati kami semua.
Dan tiba-tiba saja muncul kesadaran…tentang bagaimana Tuhan sangat menyayangimu.
Dengan sholatmu, puasamu, mengajimu, hormatmu kepada bapak dan ibu, sayangmu kepada adik-adikmu, semangat belajarmu, rasa sosialmu kepada orang lain…
bagaimana kami tidak yakin bahwa Tuhan sangat…sangat menyayangimu.
Dan ketika gurumu menyampaikan kepada kami tentang bagaimana setelah proses evakuasi, kamu masih meminta dipasangkan jilbabmu karena kamu ingin sholat selama di ambulans yang membawamu ke rumah sakit…
hilanglah semua keraguan kami tentang apa yang akan kamu jalani di alam sana, Nduk.
Tidak ada keraguan sedikitpun bahwa Dia akan menempatkanmu pada derajad yang jauh lebih baik.
Sementara kami…melalui dirimu, kami ditunjukkan oleh-Nya pelajaran yang sangat berharga.
Tentang keshalihan, tentang keluarga, tentang menuntut ilmu, dan banyak pelajaran lainnya yang sangat bermanfaat bagi kami dalam melanjutkan hidup kami.
Tiba-tiba kami tertunduk. Tiba-tiba terpampang sebuah hikmah yang luar biasa.
Bagaimana Tuhan mengatur semuanya dengan sangat sempurna.
Dia mengambil permata hati kami, tetapi Dia menempatkannya pada tingkat yang jauh lebih baik.
Dan Dia mengajarkan kepada kami hal-hal yang kami perlukan untuk meningkatkan kualitas hidup kami.
Tidak sanggup kami mengangkat pandangan ketika mengingat nikmat-Mu ini…
Nduk, bapak menulis catatan ini dengan berurai air mata.
Bapak sedih mengingatmu, tapi kesedihan bapak diliputi oleh kesyukuran yang luar biasa.
Melalui dirimu, Tuhan telah memberikan nikmat yang luar biasa kepada bapak, ibu, dan adik-adikmu…
Kamu telah mendahului kami, Nduk. Tapi engkau tidak pernah pergi dari kami.
Engkau tidak pernah meninggalkan kami, karena engkau akan tetap berada di hati kami. Selamanya…
Salah satu ranting pohon itu memang hilang, tapi pohon itu bahkan akan bertambah kuat, bertambah rindang.
Pohon itu masih akan melanjutkan fungsinya, memberikan keteduhan bagi siapapun yang berada di sekelilingnya…".
Hingga berita ini dibuat, postingan itu sudah disukai sebanyak 2,4 ribu kali dan dibagikan sebanyak 567 kali.
Dikutip dari Tribun Jogja, Rizka Fitri Nugraheni merupakan satu dari dua mahasiswa S2 Magister Psikologi Profesi Bidang Klinis UGM.
Ia tewas setelah kecelakaan di Dusun Sugro, Desa Andonosari, Kecamatan Nongkojajar, Pasuruan, Jawa Timur.
Mobil mereka masuk ke jurang sedalam 200 meter.
Mereka hendak berwisata ke gunung Bromo setelah selesai menjalani Praktek Kerja Profesi di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang, Malang.