Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Beragam Cara Teroris Rekrut Anggota, Lewat Media Sosial hingga Lapas

Polri terus mempelajari beragam cara perekrutan yang dilakukan jaringan teroris untuk menjaring anggota baru.

Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Beragam Cara Teroris Rekrut Anggota, Lewat Media Sosial hingga Lapas
Tribunnews.com/Abdul Qodir
Lokasi penggerebekan terduga teroris, RT 02/01, kampung Curug, Kelurahan Babakan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, Banten, Rabu (21/12/2016) malam. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Polri terus mempelajari beragam cara perekrutan yang dilakukan jaringan teroris untuk menjaring anggota baru.

Kabag Penum Mabes Polri, Kombes Martinus Sitompul mengatakan kini perekrutan anggota teror dilakukan melalui media sosial.

Hal ini terbukti dari jaringan teroris di Majalengka, yang direkrut melalui media sosial oleh Bahrun Naim.

Dimana sebelumnya tiga anggota teroris Majalengka itu tidak saling kenal satu sama lain namun mereka aktif berkomunikasi di media sosial.

Selain itu, calon pengantin di Bintara Bekasi, Dian Yulia Novi, ternyata intens melakukan komunikasi melalui media sosial dengan Adam, terduga teroris yang ditangkap di Serpong, Tangsel.

"Pola perekrutan mereka melalui media sosial. Bisa saja mereka tidak saling kenal atau belum bertemu. Tapi di media sosial mereka akrab," ujar Martinus, Jumat (23/12/2016).

Berita Rekomendasi

Martinus mengatakan para pelaku teror juga menyasar orang-orang yang kondisi kejiwaannya sedang galau dan tidak memiliki pendirian teguh.

"Selain melalui media sosial, mereka juga merekrut melalui pengamatan. Kalau mereka liat orang galau atau tidak punya pendirian. Itu makin mudah direkrut," terangnya.

Mantan Kabid Humas Polda Metro Jaya ini juga menambahkan perekrutan cara lainnya yakni menyasar napi-napi di lapas.

Ini terjadi pada Omen, terduga teroris yang tewas di Babakan, Setu, Tangsel yang direkrut di dalam lapas oleh mantan narapidana bom Kedubes Myanmar tahun 2013 bernama Ovhie.

"Di Indonesia belum ada lapas khusus untuk teroris, mereka masih digabung dengan pelaku kejahatan lain. Tentu lama-lama ada proses komunikasi antar tahanan dan bisa terekrut, seperti yang dialami Omen," tambahnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas