Jalan Terjal Ahok di Pilkada DKI Jakarta
Awal hingga pertengahan 2016, Ahok sempat bersikeras maju melalui jalur non-partai politik atau independen di Pemilihan Kepala Daerah Jakarta 2017.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Dewi Agustina
Jalan Ahok maju melalui jalur Parpol semakin mulus dengan tambahan partai dengan kursi terbanyak di DRPD DKI Jakarta dengan 28 kursi, PDI Perjuangan.
Nama Heru sebagai wakil akhirnya tersingkir. Ahok-Djarot maju kembali di Pilkada DKI dengan dukungan empat parpol, PDI Perjuangan, Nasdem, Hanura, dan Golkar.
Total jumlah kursi 52, jauh di atas syarat minimal KPU, yakni 22 kursi.
Sehari berselang, Ahok-Djarot diantar oleh perwakilan petinggi parpol, termasuk Megawati untuk mendaftar ke KPUD DKI sebagai pasangan calon yang maju di Pilkada DKI melalui jalur parpol.
Elektabilitas keduanya saat itu, menjadi yang tertinggi dibandingkan pasangan calon lain, misal Anies Baswedan-Sandiaga Salahudin Uno ataupun Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni.
Elektabilitas Ahok-Djarot di atas 50 persen.
Kunjungan Kerja Berujung Penistaan Agama
Ahok melangsungkan kunjungan kerja ke Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, sepekan setelah PDI Perjuangan memastikan mendukungnya bersama Djarot.
Dia ditemani anggota DPR RI Fayakhun Andriadi. Di sana dia berdialog dengan dua puluhan warga. Memaparkan program tambak antara warga dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Pembagiannnya 80 persen untuk warga dan 20 persen untuk Pemprov DKI.
"Ini kan dimajuin, jadi kalau saya tidak terpilih pun, saya berhentinya Oktober 2017. Jadi, kalau program ini kita jalankan baik, saya yakin bapak ibu masih sempat panen sama saya sekalipun saya tidak terpilih jadi gubernur. Jadi cerita ini supaya bapak ibu semangat, jadi nggak usah pikiran, 'Ah, nanti kalau nggak terpilih, pasti Ahok programnya bubar.' Enggak, saya sampai Oktober 2017.
"Jadi jangan percaya sama orang, kan bisa saja dalam hati kecil bapak ibu nggak bisa pilih saya ya kan? dibohongi pakai Surat Al-Maidah 51, macam-macam itu. Itu hak bapak-ibu ya. Jadi kalau bapak-ibu perasaan enggak bisa kepilih nih, karena saya takut masuk neraka karena dibodohin gitu ya, enggak apa-apa."
"Karena ini kan panggilan pribadi bapak-ibu. Program ini jalan saja. Jadi bapak-ibu enggak usah merasa enggak enak. Dalam nuraninya enggak bisa milih Ahok, enggak suka sama Ahok nih, tapi programnya gua ga terima ga enak dong, jadi utang budi, jangan bapak ibu punya perasaan ga enak, nanti mati pelan-pelan loh kena stroke," demikian sebagian dialog antara Ahok dengan warga mengenai program tambak, 27 September 2016.
Buni Yani, seorang dosen, menyebarkan video Ahok berdialog dengan Kepulauan Seribu. Video itu diunggah di media sosial Facebook pada 6 Oktober 2016.
Video asli berdurasi 1 jam 40 menit. Sementara yang diunggah Buni Yani berdurasi 30 detik diambil dari menit 00.24.16 sampai menit 00.24.45.