Drumband STIP Marunda Resmi Ditutup
Dikatakan Arifin, di dalam kedua organisasi tersebut sering terjadi gesekan antara para junior dan senior yang ada di STIP.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda Captain Arifin Soenardjo mengatakan organisasi drumben (drumband) dan pedang pora di lingkungan STIP ditiadakan untuk sementara.
Kebijakan itu dikeluarkan masih terkait adanya tindak kekerasan yang dialami seorang taruna tingkat I, Amirulloh Adityas Putra (18), di Kamar M205 Gedung Dormitory ring IV STIP oleh sejumlah seniornya di tingkat II, Selasa (10/1) lalu.
"Sekarang ada peraturan. Pada Senin (16/1) besok, organisasi Drum Band dan Pedang Pora dihapuskan. Telah saya berlakukan itu," ucap Arifin kepada Warta Kota, Sabtu (14/1/2016) siang.
Dikatakan Arifin, di dalam kedua organisasi tersebut sering terjadi gesekan antara para junior dan senior yang ada di STIP.
"Ini (penganiayaan) sering terjadi. Jadi, kedua organsasi itu kita bekukan sementara. Jika semuanya sudah terpantau kondusif akan diaktifkan lagi," terangnya.
Menurut Arifin, dua organisasi itu diaktifkan kembali apabila suasana dan kondisi sudah kondusif.
Arifin bahkan menyatakan jika kedua organisasi tersebut sebenarnya organisasi andalan, serta tenar di lingkungan STIP.
"Kedua organisasi ini sering terjadi pergesekan, sehingga, mau tak mau dua organisasi yang memang diidolakan oleh seluruh taruna di STIP ini akan dihentikan sampai Pak Budi Karya Sumadi (Menteri Perhubungan RI--Red) mengaktifkannya kembali. Tunggu suasana kondusif dulu," katanya kembali
Dimutasi
Sementara itu Captain Arifin juga menyatakan bahwa sebanyak 25 orang di dalam dan di luar STIP terancam dimutasikan serta dievaluasi.
Diakui Arifin, ke-25 orang tersebut ada hubungannya dengan aksi kekerasan terhadap Amirulloh yang menemui ajalnya beberapa hari lalu.
"Kita mutasikan dan evaluasi semua pejabat atau sejumlah pihak yang ada pada saat kejadian penganiayaan itu, pada Selasa dan Rabu (10/1-11/1). Ke-25 orang itu di antaranya pengawas, penjaga malam, pembina, anggota Marinir, polisi, hingga struktural Kanit Bintaranya. Ada Tim Militer, yang juga turut dievaluasi. Kesemua orang inilah yang ada atau bertugas saat kejadian. Kok bisa kecolongan," kata Arifin kepada Warta Kota. (Panji Baskhara Ramadhan)