Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dijanjikan Kerja Lagi Maret, PHL: Tiga Bulan Kami Makan Apa?

Suwaji datang bersama belasan PHL lainnya, lengkap mengenakan rompi dan topi oranye-nya.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Dijanjikan Kerja Lagi Maret, PHL: Tiga Bulan Kami Makan Apa?
Wartakota/Rangga Baskoro
Pasukan Oranye memunguti sampah yang menumpuk di Kali Sentiong, Kamis (8/12). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Lagi-lagi Petugas Harian Lepas (PHL) melaporkan masalah pemutusan kontrak kerjanya.

Setelah sebelumnya melapor kepada Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta, Sumarsono, alih-alih langsung dipekerjakan lagi, PHL justru hanya dijanjikan.

Seperti yang diungkapkan oleh Suwaji (51), PHL yang bekerja di Kelurahan Bidara Cina, Jatinegara, Jakarta Timur.

Ia datang ke Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (18/1/2017) pagi, untuk kembali melapor kepada Sumarsono atau Soni.

Suwaji datang bersama belasan PHL lainnya, lengkap mengenakan rompi dan topi oranye-nya.

Sambil duduk-duduk di pendopo dan menikmati biskuit serta teh yang disediakan secara gratis.

"Kami yang tidak dilanjutkan kontraknya, totalnya 27 orang, dikumpulkan bertemu dengan Kasudin (Kepala Suku Dinas) Kebersihan Jakarta Timur. Kami dijanjikan akan dipekerjakan lagi tiga Maret nanti. Yang kami pertanyakan, dalam waktu tiga bulan ini kami makan apa? Kami tidak punya pekerjaan lagi," kesal Suwaji.

BERITA TERKAIT

Apalagi, lanjutnya, janji untuk dipekerjakan kembali itu, tidak diperkuat dengan surat perjanjian. Mereka khawatir, apa yang dijanjikan tidak diwujudkan.

"Saya masih punya cicilan motor Rp 635.000 per bulan, lalu bayar kontrakan rumah Rp 450.000 per bulan, apalagi harus membiayai empat anak saya yang masih sekolah di SMK, SMP, SD, dan PAUD," katanya.

Sementara dirinya tidak memiliki keahlian apa-apa. Pasalnya, sudah 28 tahun ia bekerja sebagai petugas kebersihan. Sementara sang istri juga tidak bisa membantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karena hanya sebagai ibu rumah tangga.

"Kalau kondisinya seperti ini, apa perlu saya berhentikan sekolah anak-anak? Motor ditarik leasing? Atau tinggal di jalan karena tidak bisa bayar kontrakan?" katanya.

Suwaji mengatakan diminta mengumpulkan berkas persyaratan pada 27 Desember 2016. Lalu pada 31 Desember diumumkan nama-nama siapa saja yang lolos seleksi.

"Kami ini tidak ada tes, ujian, atau seleksi. Hanya diminta mengumpulkan berkas persyaratan. Tapi tahu-tahu nama kami tidak ada yang lolos," kata pria yang lulusan Paket A ini.

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas