Inilah Cerita Para Pemburu Mayat di Kota Jakarta
Para pasukan pemburu mayat ini berkantor di lantai 2 Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, Jalan KS Tubun, Jakarta Pusat.
Editor: Malvyandie Haryadi
“Waktu itu dapatnya yang sudah membusuk,” cerita Yudi.
Bukan hanya Yudi, Musli atau yang akrab dipanggil Acoy juga tidak bisa melupakan pengalaman pertamanya ketika bergabung di tahun 1998.
“Dulu (jenazah) yang pertama cewek gantung diri hamil lima bulan. Sudah membusuk dan berbelatung. Pas saya coba lepasin talinya, dulu saya pegang talinya masih geli, terus mayatnya jatuh dan kena muka saya. Sampai sekarang saya nggak bisa lupa,” cerita Acoy.
Semua punya cerita dan pengalamannya masing-masing, Yudi menambahkan.
“Ada yang mayatnya sudah busuk di atas loteng terus susah payah ambilnya, bayi umur 5 bulan, ada juga yang sudah bengkak terus pecah pas diangkat.”
Pengalaman berbau mistis juga menjadi hal yang cukup sering ditemui.
Mulai dari jenazah pengemis di daerah Monas yang wangi, jenazah ketika dimandikan tiba-tiba berhamburan kutu dari rambutnya, malahan ada pengalaman ketika sedang memandikan jenazah, tiba-tiba jenazah tersebut bergerak seolah-olah mau bangun.
“Itu yang mengalami yang memandikan jenazah wanita. Pada kaget semua, ada yang sampai kabur malah,” jelas Yudi.
Sampai lewat waktu makan siang, tim Palang Hitam tidak mendapatkan panggilan untuk menjemput jenazah. Memang waktunya tidak dapat diprediksi, bisa pagi-pagi buta, atau tengah malam. Namun tuntutan profesi ini mengharuskan mereka untuk siaga setiap saat.
“Ada yang terus bertahan, ada juga yang menyerah dan mencari pekerjaan lain karena tidak tahan,” kata Yudi.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.