Banjir Februari 2017, Ramalan Ahok Itu Akhirnya Terbukti
Sejumlah daerah di Ibu Kota terendam air, seperti kawasan Cililitan, Rawa Jati, Kampung Pulo, Bukit Duri, Cipinang Muara, dan lainnya.
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - "(Soal banjir), 2016 tidak mengkhawatirkan bagi saya. Justru yang paling bahaya (adalah pada) 2017. Kenapa? Karena kemarau panjang ini, La Nina ini, lanjutan hujan paling besarnya itu justru pada 2017..."
Hal itu dikatakan Gubernur Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta Basuki Tjahaja Purnama saat berkunjung ke kantor Kompas.com pada Selasa (19/1/2016) dan ditanya soal banjir.
Saat itu, pria yang punya sapaan akrab Ahok ini memastikan sejumlah program untuk meminimalkan ancaman banjir di Jakarta akan terus berlanjut.
Targetnya, program-program prioritas soal itu akan dikebut rampung pada 2016.
Ahok pun menambahkan, Jakarta masih akan baik-baik saja—terbebas dari ancaman besar banjir maupun genangan—kalau hanya ada faktor hujan.
“Nah, kalau sudah hujan, lalu laut juga pasang, Jakarta jadi mangkok,” ungkap Ahok.
Bagi Ahok, banjir dan genangan setiap kali musim hujan datang adalah tantangan besar.
Ini masalah yang bukan baru sekarang terjadi tetapi tetap harus ditangani dan mendapat solusi.
Terlebih lagi, pada masa pemerintahannya di DKI, penggusuran bantaran sebagai bagian dari normalisasi sungai dan saluran air marak terjadi.
Sepekan belakangan ini, apa yang diucapkan Ahok terbukti.
Sejumlah daerah di Ibu Kota terendam air, seperti kawasan Cililitan, Rawa Jati, Kampung Pulo, Bukit Duri, Cipinang Muara, dan lainnya.
Menurut Ahok, banjir terjadi di daerah-daerah yang proses normalisasinya belum selesai.
Dia meminta kesediaan warga di bantaran kali agar bersedia direlokasi agar sungainya bisa segera dinormalisasi.(Ana Shofiana Syatiri)