Bule Inggris yang Hidup Menggelandang dan Tidur di Mushala Diselamatkan Petugas
Pria bernama Kenneth William Carl (59) atau biasa disapa Ken ini dilaporkan warga di daerah tersebut karena kerap tidur di Musala.
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWs.COM, JAKARTA - Seorang pria warga negara asing asal Inggris yang menggelandang di emperan musala di kawasan Jalan BDN 1 Cilandak Barat, Jakarta Selatan diselamatkan Petugas Pelayanan, Pengawasan dan Pengendalian Sosial (P3S) Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan.
Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Mursidin menuturkan, pria bernama Kenneth William Carl (59) atau biasa disapa Ken ini dilaporkan warga di daerah tersebut karena kerap tidur di Musala.
"Mendapat laporan itu, petugas kami segera menuju lokasi dan menyelamatkan bapak Ken. Sekarang kami sudah bawa ke Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1, Kedoya, Jakarta Barat," tandas Mursidin saat dihubungi, Sabtu (25/3/2017).
Ia melanjutkan, di panti itu, Ken akan diberikan kebutuhan makan, minum, dan pakaian. Di sana dia akan diassesmen sambil mencari jalan keluar yang terbaik untuk dirinya.
Berdasarkan identifikasi, kata Mursidin, Ken sudah 17 tahun berada di Indonesia. Awalnya ia bekerja di Indonesia pada perusahaan yang bergerak di bidang investasi.
Karena sudah lama tinggal di Indonesia, Ia pun menikah dengan orang Solo, Jawa Tengah. Dari pernikahan itu ia tidak memiliki anak.
Pada tahun 2013 perusahan tempatnya bekerja mengeluarkan peraturan bahwa batas usia pekerja hanya sampai 55 tahun.
Dengan adanya peraturan baru itu, sedangkan usia Ken di atas batas usia tersebut. Akhirnya ia tidak dapat lagi bekerja.
Sudah beberapa perusahaan ia datangi untuk mencari pekerjaan. Semua yang ia datangi tidak bisa menerimanya dengan alasan yang sama yaitu batas usia.
Karena sudah tidak bekerja, uang hasil bekerja yang selama ini ia simpan mulai berkurang. Di tambah pada pertengahan tahun 2015 istrinya terserang kanker dan harus dirawat di rumah sakit.
Beberapa bulan kemudian istrinya meninggal dunia dan menelan biaya rumah sakit hampir dua milyar rupiah. Itu membuat Ken terpuruk.
Beberapa cara ia coba lakukan seperti meminta kiriman uang dari istrinya yang ada di London.
Sampai ia pun meminta pihak kedutaan untuk mengirimnya pulang ke negaranya agar bisa menjual aset yang ia miliki.
Pihak kedutaan sendiri hanya menyuruh Ken untuk menunggu tanpa ada kepastian.
Sekarang ia sudah tidak memiliki tempat tinggal, pekerjaan, dan saudara. Ia hanya bisa menunggu belas kasih dari orang-orang yang mau memberinya makan.
"Petugas kami menyampaikan kepadanya bahwa tujuan kami ingin membantu masalah yang ia hadapi. Salah satunya adalah agar tidak tidur di sembarang tempat. Ia sangat menghargai kami selaku petugas sosial dan dengan senang hati ikut kami ke panti," ujar Mursidin.