Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

PDIP: Ini Pilkada Rakyat, bukan Pilkada Survei

Pandangan ini disampaikan Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto kepada pers di Jakarta, Selasa (18/4/2017).

Penulis: Hasanudin Aco
zoom-in PDIP: Ini Pilkada Rakyat, bukan Pilkada Survei
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (kedua kanan) didampingi Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto (kanan), dan Pasangan Cagub Cawagub DKI Jakarta nomor urut 2 Basuki Tjahaja Purnama (kedua kiri), Djarot Saiful Hidayat (kiri) berfoto bersama usai memberikan keterangan kepada wartawan terkait hasil hitung cepat Pilkada DKI Jakarta di Kediaman Megawati Soekarnoputri, Kebagusan, Jakarta, Rabu (15/2/2017). Megawati Soekarnoputri menyampaikan apresiasi dan terimakasihnya untuk warga Jakarta yang telah memilih Pasangan Ahok-Djarot dan meminta para pendukung untuk tetap solid bila pilkada dilanjutkan ke putaran kedua. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA  - Pesan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di masa tenang pilkada DKI berdasarkan bacaan aneka riset lembaga survei yang kemudian dijadikan klaim kemenangan salah arah. Selain itu, juga terlalu menyederhanakan ‘kebenaran suara rakyat’ dalam tampilan hasil survei yang sering diragukan akurasinya.

Anies-Sandi terlihat khawatir dengan trend elektabilitas yang terus menurun sehingga menjadikan hasil survei untuk membangun opini sebelum pilkada putaran kedua digelar besok.

Pandangan ini disampaikan Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto kepada pers di Jakarta, Selasa (18/4/2017).

“Dalam psikologi politik, pidato singkat yang disampaikan oleh Pak Prabowo dalam akhir masa kampanye tersebut justru harus dibaca terbalik. Kubu Anies- Sandi menampilkan kekhawatiran atas trend elektabilitas yang terus menurun akibat kesalahan strategi kampanye yang menampilkan wajah politik yang berbeda dengan tradisi kebudayaan bangsa Indonesia yang dikenal toleran, welas asih, dan suka bermusyawarah,” jelas Hasto.

Sementara di sisi tim kampanye Basuki-Djarot sangat memahami kultur dan sosiologi politik Indonesia tersebut.

“Tim kampanye Basuki-Djarot tidak pernah memaksakan kehendak, lebih-lebih hanya menggunakan lembaga survei untuk klaim kemenangan sepihak. Kami tidak mau mengerdilkan suara rakyat yang dimanipulasi dengan klaim kemenangan yang seolah fantastis sebagaimana ditampilkan lembaga survei pimpinan Denny JA. Suara rakyat sangatlah sakral, karena menentukan nasib lebih dari 9.6 juta penduduk Jakarta. Ini adalah Pilkada rakyat, bukan pilkada survei,” papar Hasto.

Dalam masa tenang ini, Hasto sangat menyayangkan pidato Prabowo Subianto yang sedang beredar videonya dimana isinya terkesan tendensius dan menyudutkan pasangan incumbent.

BERITA REKOMENDASI

“Semua pihak sepakat bagaimana mewujudkan pilkada yang demokratis, yang dilaksanakan secara luber dan jurdil. Marilah kita wujudkan politik yang berkedaban dan kita kedepankan sikap kenegarawanan. Biarlah rakyat DKI yang menjadi hakim terbaik,” tambahnya.

Menurut Hasto, momentum Pilkada 19 April 2017 seharusnya menjadi tampilan peradaban politik Indonesia yang lebih mengedepankan program dan gagasan yang visioner bertumpu pada solusi atas persoalan fundamental masyarakat DKI Jakarta.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas