Toleransi itu Pada Dasarnya Sikap Untuk Saling Menghormati kata Alissa Wahid
Bulan Ramadhan tentunya harus bisa menjadi sebuah momentum untuk saling bertoleransi dan hormat-menghormati bagi antar umat beragama.
Editor: Toni Bramantoro
Kelompok ekstrimis ini menurutnya menggunakan istilah-istilah yang menyulut kemarahan. Yang pertama adalah soal bagaimana kelompok agama tertentu itu ditindas dan memandang orang lain menjadi musuh.
“Jadi bahan bakarnya adalah permusuhan, rasa takut dan kebencian. Jadi rasa takut diserang oleh kelompok yang berbeda, kemduian yang kedua yaitu benci. Benci kepada kelompok yang berbeda, lalu yang ketiga permuuhan dan upaya untuk menguasai. Jadi menyerang kelompok yang berbeda,” katanya.
Melihat hal tersebut dirinya pun juga memberikan contoh pemikiran dan apa yang telah dilaksanakan oleh sang ayah, dimana Gus Dur tidak akan pernah membeda-bedakan agama masyarakat.
Karena bagi sang ayah menurutnya, yang lebih penting bagaimana mengutamakan kepentingan masyarakat luas.
“Dimana alm bapak saya dulu juga pernah memperkenalkan rukun kemanusiaan, yaitu keadilan, kesetaraan, dan persaudaraan. Jadi kemanusiaan juga menjadi nilai yang dijunjung tinggi dalam bersikap saling toleransi antar sesama umat," jelasnya.
Untuk itu dirinya mengingatkan agar kita sebagai umat manusia tidak perlu ketakutan dengan orang yang berbeda pendapat, kelompok, berbeda agama maupun berbeda latar belakang. Karena, justru perbedaan itu yang menjadi ruang untuk kita saling bekerjasama dan saling mengisi.
“Dan momentum bulan ramadhan ini adalah kesempatan buat kita semua untuk mengikis rasa benci, rasa curiga dengan memperkuat rasa saling percaya dan saling rasa keinginan untuk saling membantu sesama umat manusia,” tuturnya.