Dimaki 'Binatang', Mau Dibakar hingga Diceraikan Istri! Ini Curhat Agen Korban Penipuan Travel Umrah
Yopi sendiri selain agen juga merupakan salah satu dari ribuan jemaah yang menjadi korban penipuan travel.
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, GAMBIR - Hingga kini Yopi (48) belum bisa hidup tenang. Sebagai agen biro perjalanan umrah PT Assyifa Mandiri Wisata atau travel Kafilah Rindu Ka'bah (KRK), ia galau karena 958 orang calon jemaah umrah yang dikoordinirnya belum juga berangkat ke Tanah Suci.
Padahal ratusan jemaah itu sudah membayar lunas.
Yopi sendiri selain agen juga merupakan salah satu dari ribuan jemaah yang menjadi korban dari dugaan penipuan travel KRK.
YLKI mencatat daftar korban kasus biro travel KRK ini mencapai sekitar 3.056 jemaah.
Baca: Capai Penjualan 117.797 unit, Meikarta Masih Diburu Calon Pembeli
Mereka berasal dari berbagai daerah di Tanah Air.
Akibat tertipu, Yopi selaku agen juga kerap diteror oleh beberapa jemaah yang mendaftar lewat dia. ada yang mengancam akan menghabisinya.
"Selama 24 jam saya selalu ditelepon, SMS, maupun WhatsApp, diancam sama jemaah. Mulai dari diancam dibunuh, dibikin cacat, ancam anak istri, sampai ancam rumah saya mau dibakar," kata Yopi di Bareskrim Polri, Gedung Kementerian Kelautan dan Perikanan, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (5/9/2017).
Bahkan pernah dalam satu hari ia hanya sibuk menerima serta membalas SMS dan WhatsApp jemaah.
Hal itu dilakukannya sebagai bentuk tanggung jawab terhadap para jemaah yang telah mendaftar.
"Pernah ada telepon saya subuh-subuh, cuma bilang, eh **jing lu. Lalu dimatikan teleponnya. Tapi saya tetap balas dengan SMS, menjelaskan masalahnya. Saya nggak pernah ganti nomor maupun kabur. Saya tanggung jawab, karena permasalahannya ada di travel tersebut," kata pria yang tinggal di Jakarta Timur itu.
Ancaman tersebut terus diterima dirinya selama setahun belakangan.
Baca: Beredar Kabar Gonzales dan Pelatih Arema FC Tak Akur, Berikut Faktanya
Namun, kini jumlahnya telah berkurang setelah jemaah mendapatkan penjelasan.
"Ancaman nggak cuma saya doang yang terima. Agen-agen lainnya juga menerima ancaman. Bahkan teman-teman saya yang ikut pasarkan travel ini, saking frustrasinya, sampai ada yang mau bunuh diri. Ada juga dua orang yang sampai diceraikan istrinya," tutur Yopi.
Tak hanya itu, Yopi menceritakan ada jemaahnya yang hanya tukang batu bata. Ia mengumpulkan uang sehari Rp 5.000 sampai Rp 10.000 selama delapan tahun.
"Sekarang jemaah itu sampai sudah tidak bisa menangis lagi. Dia pasrah," ceritanya.
Harga murah
Selasa kemarin, puluhan orang yang mengaku menjadi korban travel umrah KRK melaporkan sang pemilik Ali Zainal Abidin ke Bareskrim Polri.
Beberapa di antara mereka sudah mendaftar sejak Desember 2015 namun hingga kemarin belum berangkat juga.
Seorang korban, Herman (58), menuturkan bahwa pemilik travel selalu menjanjikan untuk memberangkatkan mereka semua. Namun hingga kini janji tersebut tak juga dipenuhi.
"Pendaftaran dibuka sejak awal tahun 2015, kemudian ada sekitar 2000 jamaah yang diberangkatkan. Terakhir memberangkatkan Desember 2015, kuotanya banyak dari seluruh Indonesia, Ada yang dari Lampung, Yogyakarta, Bandung, Kalimantan, Surabaya, Jabodetabek, dan lain sebagainya," ucap Herman.
Baca: Suara Mirip Petasan Jelang Salat Idul Adha Akhiri Cekcok Mulut Indria-Abdul Malik
Murahnya harga paket umrah yang berkisar Rp 11 juta hingga 17 juta, menyebabkan mereka tergiur.
Tak hanya perorangan yang tertipu, namun juga sejumlah agen kecil yang mendaftarkan beratus-ratus calon jemaah ke KRK.
Hal yang dialami oleh para calon jemaah KRK, sambung Herman, sama seperti yang dialami oleh korban First Travel.
Pihak penyedia jasa selalu mengucapkan janji tanpa realisasi.
Awalnya sesuai janji
Menurut Yopi, ia tertarik dengan travel KRK karena pada awalnya berjalan baik.
Bahkan ia bantu memasarkan dan puluhan jemaahnya diberangkatkan sesuai janji.
"Saya bahkan diberangkatkan umrah gratis sama Ali (Ali Zainal Abidin, pemilik travel Kafilah Rindu Ka'bah). Saya waktu itu tahun 2015 berhasil dapat lebih dari 200 jemaah dan telah diberangkatkan. Makanya saya percaya," katanya.
Namun sejak Desember 2015, travel itu mulai bermasalah.
Travel terus mengundur-undur waktu pemberangkatan, sampai akhirnya para jemaah melaporkannya ke polisi.
"Saya sudah laporkan ke Bareskrim, bahkan sudah tersangka. Tapi sampai sekarang kenapa belum ditangkap? Saya cuma mau minta uang dikembalikan," katanya.
Agen lainnya, Yati (56), mengatakan bahwa dari pihaknya terdapat 400 orang jemaah yang belum diberangkatkan, dengan kerugian sekira Rp 4,5 miliar.
Baca: Abdul Malik Sering Gonta-ganti Mobil, Indria Hanya Pakai Motor Matic
"Jemaah itu mulai dari keluarga, kerabat, dan kenalan lainnya," ujarnya.
Sama seperti Yopi, selama ini Yati juga sering mendapat teror dari calon jemaah yang gagal berangkat.
"Kalau teror jangan ditanya, bahkan sampai didatangi pengacara," katanya.
Yati mengaku saat itu mendaftar bersama 400 jemaah Maret 2015, pemilik KRK Ali menjanjikannya berangkat Desember 2015 alias hanya menunggu sekitar 10 bulan.
"Biayanya (per orang) dari Rp 11 juta sampai Rp 22 juta," katanya
Namun pada saat waktu tiba Desember, Ali memundurkan waktunya.
Alasannya saat itu peak season hingga sulit mengurus visa.
Ali mengundurkan waktunya jadi Januari 2016.
Namun saat waktunya tiba, mereka tidak diberangkatkan juga.
Akhirnya pada April Ali dilaporkan ke Bareskrim Polri.
"Ali sudah jadi tersangka. Tapi polisi lamban. Sampai saat ini tidak juga ditangkap. Bahkan, Ali masih beroperasi memasarkan paket umrah itu," katanya.
Tekanan batin
Yati juga menuturkan, para korban penipuan umrah KRK mengalami tekanan batin.
Ada pula di antara mereka yang bercerai karena berselisih dengan suami atau istri, setelah tidak kunjung diberangkatkan.
"Banyak juga yang bercerai karena gak harmonis. Mungkin dulu pasangannya bilang 'jangan', terus ngotot, eh malah gak jadi. Akhirnya ribut sampai cerai," ujar Yati.
Selain itu berbagai penyakit juga diderita oleh sejumlah korban.
Lantaran shock, akhirnya mereka menderita stroke hingga menyebabkan meninggal dunia.
Korban lain bernama Intan menuturkan sebelumnya, pemilik PT Assyifa Mandiri Wisata, Ali Zainal Abidin sempat ditahan pada bulan Juni 2016.
Ia dilaporkan oleh empat orang yang mengaku merasa ditipu lantaran tak kunjung diberangkatkan ke tanah suci.
Baca: Beda Profesi Bikin Gak Harmonis! Saat Bertemu Gracia Indri dan David NOAH Sudah Lelah
"Dia (Ali) ditahan cuma sebulan. Habis itu dikeluarin lagi karena akhirnya langsung diurus untuk 4 orang itu agar berangkat umrah. Nah sekarang ada ribuan nih yang ngaduin dia," tutur Intan.
Kini pihak perseorangan maupun agen-agen umrah kecil mengharapkan agar kepolisian menyamaratakan hukum serta melakukan pengusutan terhadap kasus dugaan penipuan tersebut. Karena mereka menilai kasus ini sama seperti First Travel.
Sementara itu ketika dikonfirmasi, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Setyo Wasisto, lalu Karo Penmas Mabes Polri Brigjen Rikwanto, dan Kabag Penum Divisi Humas Mabes Polri Kombes Martinus Sitompul, belum merespon.
Kantor pindah
Ketika Warta Kota menyambangi kantor biro travel PT Assyifa Mandiri Wisata atau Kafilah Rindu Ka'bah (KRK) di Jalan Kesemek Blok R No 9, Kalibata Indah, Jakarta Selatan, pada Selasa (5/9/2017), tampak sepi.
Menurut seorang sekuriti perumahan itu kepada Warta Kota, kantor di alamat itu sudah tutup.
"Banyak orang yang nyari dan marah-marah karena kantor itu sudah tutup. Memang warga sini banyak yang ingin perusahaan itu pindah, setelah tahu kantor itu banyak masalahnya," kata petugas yang enggan disebut namanya itu.
Manajemen KRK, kata sekuriti tersebut, telah pindah sekitar delapan bulan lalu, setelah ratusan jamaah mendatangi kantor tersebut untuk meminta kepastian kapan akan diberangkatkan umrah.
Artikel ini sudah dipublikasikan di WARTA KOTA dengan judul: Cerai Gara-gara Tertipu Travel Umrah