Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Permasalahan Ekonomi, Sikap Indria terhadap Suami Jadi Berubah

Asyah (67), ibu kandung dari, Abdul Malik Azis alias AM, sudah berulang kali menasihati anaknya agar menceraikan Indria Kameswari (38)

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Sanusi
zoom-in Permasalahan Ekonomi, Sikap Indria terhadap Suami Jadi Berubah
KOLASE/TRIBUNNEWS.COM/INSTAGRAM/TRIBUNWOW.COM
Indria Kameswari dan AM suaminya yang diduga nekat membunuhnya. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asyah (67), ibu kandung dari, Abdul Malik Azis alias AM, sudah berulang kali menasihati anaknya agar menceraikan Indria Kameswari (38).

Namun, AM melanggar nasihat ibunya karena mencintai wanita yang bekerja di Badan Narkotika Nasional (BNN) itu, walaupun kerap menerima kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Penyesalan Asyah datang belakangan, AM yang diduga tidak kuat menahan emosi menghabisi nyawa istrinya di Perumahan River Valley, Blok B2, Nomor 31, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jumat (1/9/2017).

Baca: Sering Gonta-ganti Mobil, Ternyata Suami Indria Kameswari Seorang Debt Collector

Sambil terisak-isak meratapi nasib anaknya yang harus mendekam di Mapolres Bogor, Asyah mengenang perlakuan kasar yang diterima AM. Semula, dia berkeinginan untuk menemui anaknya pada Selasa (5/9/2017) ini.

Bahkan, dia merelakan diri keluar dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja. Dia mengaku sedang menjalani pengobatan karena menderita penyakit jantung koroner. Tetapi, keinginan dia bertemu anaknya gagal karena tidak mendapatkan izin dari kepolisian.

"Iya, tetapi Emak menyesal kenapa dia tidak menuruti. Dia selalu tidak mau (bercerai,-red) sampai ini terjadi," ujar Asyah, yang di tangan kanannya terdapat dua gelang dari rumah sakit berwarna kuning dan merah muda, kepada wartawan, Selasa (5/9/2017).

BERITA TERKAIT

AM dan Indria Kameswari sudah menjalani biduk rumah tangga sekitar enam tahun. Pasangan suami-istri itu telah dikaruniai seorang anak perempuan berinisial I (4). Ini merupakan pernikahan keempat Indria. Sedangkan bagi AM ini pernikahan kedua. Dari pernikahan sebelumnya, Indria sudah dikaruniai seorang anak pria berinisial Y (6).

Asyah tidak mengetahui bagaimana hubungan awal percintaan pasangan suami-istri itu. Namun, dia menduga Indria tertarik kepada anaknya itu karena hidup bergelimang harta. Apalagi AM merupakan lulusan S1 Ilmu Komputer dari salah satu universitas di Australia dan sempat mendapatkan pekerjaan di Amerika Serikat.

"Kenal pas Akbar masih kaya, mempunyai tanah, mobil, duit pas sudah susah, boro-boro dirangkul, diinjek iya. Akbar sudah jatuh, sekarang tidak ada modal. Paling minta sama emak. Sebelumnya, bisnis apa saja dikerjain. Dulu jual-jualan jadi pemborong pas ada duit, tetapi sekarang sudah susah," katanya.

Sikap baik dan sopan Indria kepada suaminya perlahan berubah seiring dengan permasalahan ekonomi yang dialami. Asyah mengaku anaknya kerap mendapatkan perlakuan kasar dari istrinya. Perbuatan kasar, seperti pemukulan dan diludahi pun pernah dialami.

Hal ini karena AM tidak membelikan rumah maupun mobil, seperti permintaan Indria. Pada awalnya, pihak keluarga merasa tidak percaya, namun, AM beberapa kali sempat mengadukan permasalahan ini. Bahkan, AM mempunyai barang bukti berupa rekaman perkataan kasar dari istrinya.

"Iya, kelihatan kalau depan Emak ya baik, awalnya, tetapi belakangan pernah juga di depan Emak teriak-teriak minta cerai-cerai. Sudah tidak dihargai Akbar. Iya emak bilang kalau kamu deman ya banyak sabar," ungkap Asyah sambil terisak-isak histeris.

Hanya kecintaan AM kepada Indria yang membuatnya mempertahankan biduk rumah tangga. Tak hanya cobaan menjalani rumah tangga saja yang dialami ayah dua orang anak itu. Dua tahun terakhir, dia menderita sakit.

AM diduga mengalami gangguan psikis yang disinyalir karena KDRT. Di suatu kesempatan, Asyah, sempat menemukan surat keterangan yang menyatakan anaknya pernah berobat ke ahli jiwa.

"Akbar tidak mau cerai. Katanya Akbar tidak mau susah. Penyakit sudah banyak. Muka anak emak juga rusak, digaruk-garuk gatel, keluar darah. Emak tidak mengerti itu kenapa, mungkin karena tekanan jiwa," ujarnya.

Sekarang nasi sudah menjadi bubur. Asyah meminta kepada anaknya supaya bertanggungjawab terhadap perbuatan keji yang telah dilakukan tersebut.

"Semoga anak emak bertanggungjawab dengan apa yang diperbuat karena tidak nurut orang tua. Itu akibatnya. Emak minta ini sesuai dengan hukum. Nanti kan mungkin ada pertimbangan-pertimbangan," harapnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas