Jakarta Kian Macet Parah, Kapolda Metro Diminta Evaluasi Dirlantas
Misalnya kemacetan parah yang terjadi kemarin di depan Mapolda Metro Jaya yang terjadi saat jam pulang kantor.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Serikat Mahasiswa Pemerhati Transportasi (SMPT) meminta Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Halim Pagarra dievaluasi karena tak mampu mengurai kemacetan parah di beberapa titik Ibu Kota Jakarta terutama depan Mapolda Metro Jaya.
Pasalnya, kejadian peristiwa yang terjadi pada Rabu kemarin, di Jalan Sudirman tepatnya di depan Mapolda Metro Jaya terjadi kemacetan parah pada saat diluar jam pulang kantor.
"Kami juga meminta agar Kombes Halim Pagarra dicopot dari jabatannya sebagai Dirlantas Polda Metro karena tak mampu mengatasi permasalahan kemacetan lalu lintas di Ibu kota," ungkap Ketua SMPT Hendi Ilmawan, Kamis (28/9/2017).
Dirlantas kata dia, dinilai tak berhasil untuk merekayasa lalu lintas, bahkan di depan Mapolda Metro saja kena imbas kemacetan yang luar biasa.
Lebih lanjut, Hendi juga menyayangkan kurang gregetnya Dirlantas Polda Metro dalam melakukan terobosan dan inovasi untuk mengatasi kemacetan lalin yang kian parah membuat jalanan bagai sarang semut.
"Jajaran lalu lintas Polda Metro Jaya tidak memiliki inovasi dalam mengatasi kemacetan di Jakarta. Jalanan apa sarang semut kok semrawut gini,” tutur dia.
Atas kejadian tersebut, yang tentunya memancing respon negatif dari kalangan mahasiswa Ibu kota, Hendi pun mendorong agar merotasi posisi jabatan Halim Paggara pada sosok yang mumpuni. Sebab, kata dia, jajaran lalu lintas di bawah kepemimpinannya dianggap belum bekerja secara maksimal.
"Dampak yang ditimbulkan oleh kemacetan lalu lintas ini sangatlah banyak dan sudah jadi momok menakutkan bak zombie bergentayangan," kata dia.
Selain itu, lanjut dia, dampak lainnya adalah dari sisi waktu dan biaya, bahkan menambah tingkat kestresan dan menimbulkan emosi. Akibatnya pekerjaan pun menjadi terganggu.
Kemacetan juga menyebabkan laju kendaraan menjadi lambat dan pembakaran bahan bakar yang lama akan menghasilkan karbondioksida sehingga akan menimbulkan polusi udara yang semakin banyak.
"Karbondioksida mengandung racun yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat sehingga produktivitas menurun,"sambungnya.
Menurutnya, bila produktivitas menurun maka perekonomian juga akan terganggu.
"Jadi kesehatan dan ekonomi pun ikutan terganggu. Saya rasa sudah layak dicopot karena tak punya strategi mengatasi kesemerawutan lalu lintas," tandasnya.