Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Anies-Sandi Disarankan Tiru Gaya Soeharto, Ini Alasannya

"Bahkan saat itu Soeharto sampai menginap di rumah warga. Tapi memang tak terlalu ramai (diberitakan) di media,"

Editor: Adi Suhendi
zoom-in Anies-Sandi Disarankan Tiru Gaya Soeharto, Ini Alasannya
WARTA KOTA/ADHY KELANA
Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga Salahuddin Uno (Anies-Sandi) akan resmi menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017-2022, Senin (16/10/2017).

Sejumlah problem di Jakarta sudah menunggu penyelesaian yang diharapkan dilakukan melalui kebijakan populis.

Baca: TKW Ilegal Bersuami Ini Nikah dengan Pria Lain di Perantauan, Tragedi Muncul Saat Hamil Lagi

Pengamat Kebijakan Publik Universitas Indonesia, Trubus Rahardiansyah, mengatakan, pasangan Gubernur dan Wagub DKI, Anies-Sandi, harus terlebih dulu mempersatukan warga yang sudah terpecah belah akibat kompetisi selama Pilkada 2017 lalu melalui kebijakan populis.

Trubus Rahardiansyah mengemukakan, kebijakan populis dapat mempersatukan kepentingan masyarakat, problem-problem di Jakarta dan program-program yang dijanjikan saat berkampanye dapat terwujudkan.

Baca: Misteri Batu dan Pecahnya Kaca Pos Polisi di Bogor

"Kebijakan populis yang mempersatukan kepentingan masyarakat harus dilakukan Anies-Sandi agar program dapat berjalan," kata Trubus ketika dihubungi pada Minggu (15/10/2017).

Berita Rekomendasi

Menurut Trubus, agar mendapatkan kebijakan populis, Anies-Sandi harus terus mendata permasalahan dengan terjun langsung ke lapisan bawah masyarakat sebagaimana pernah dilakukan Presiden Soeharto pada era Orde Baru.

Baca: Alami Gangguan Jiwa, Adik Tusuk Kakaknya Hingga Tewas di Kandang Ayam

"Bahkan saat itu Soeharto sampai menginap di rumah warga. Tapi memang tak terlalu ramai (diberitakan) di media karena media belum seperti sekarang," kata Trubus.

Keuntungan mengikuti gaya Soeharto adalah Anies-Sandi akan tahu kebijakan populis apa yang mesti dijalankan.

Apabila hanya berkoar-koar di Balaikota DKI Jakarta, lanjut Trubus, rantai komando antara elit dan lapisan masyarakat paling bawah terputus.

Akibatnya program tak berjalan dan hanya berbentuk pencitraan seperti yang terjadi selama ini.

"Kalau mau ya harus seperti itu. Kalau dia tidak mau turun dan hanya berkoar-koar di balai kota, sulit," ujar Trubus.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas