Eddie Karsito: Budaya Bersih akan Efektif Apabila Berbasiskan Modal Sosial Masyarakat
Pengelolaan sampah dan budaya bersih akan efektif apabila berbasiskan modal sosial masyarakat.
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengelolaan sampah dan budaya bersih akan efektif apabila berbasiskan modal sosial masyarakat.
“Keseharian kita tak lepas dari sampah, baik sampah material juga ‘sampah masyarakat’. Budaya bersih butuh teladan. Keteladanan ini dapat menjadi kekuatan sosial masyarakat, dalam mencapai tujuan bersama yaitu; kawasan bebas sampah,” ungkap Eddie Karsito usai tampil sebagai pembicara dalam diskusi memperingati ‘Hari Sumpah Pemuda’ di Aula Kecamatan Jatisampurna, Bekasi, Minggu 22/10/2017.
Menyoal ‘Sejarah Pergerakan Pemuda dan Wawasan Kebangsaan’ sebagaimana tema pokok bahasan yang diminta panitia, budayawan yang juga aktor film ini, menyorotinya dalam perspektif budaya.
“Pergerakan pemuda dan wawasan kebangsaan, adalah menumbuhkan kesadaran pemuda, tentang pentingnya penguatan mental kepribadian bangsa (pemuda), yang pro-aktif, kreatif, inovatif, produktif, dan berempati,” kata Eddie.
Empat pilar budaya, menurut Eddie, yang perlu ditanamkan kepada pemuda, dalam rangka penguatan mental kepribadian bangsa; cinta bersih, cinta sehat, cinta tertib; disiplin, dan cinta keindahan.
“Hal ini harus tercipta di lingkungan kita, dan menjadi gaya hidup masyarakat. Dengan demikian, tema dialog kita dapat terimplementasikan dalam kehidupan konkret, Bukan sekedar apologi politik,” ujar penerima penghargaan ‘Anak Bangsa Berkepribadian Pembangunan 2013’, dari Kementerian Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia ini.
Bangsa kita, lanjut Eddie, terserang sakit menjadi bangsa sampah. Indonesia yang dulu dijuluki bangsa berbudaya, sekarang menjadi bangsa telanjang.
“Telanjang budaya, telanjang norma, telanjang etika; sampah masyarakat. Muncul pemimpin tidak amanah, koruptor, lahir generasi pengguna dan pengedar narkoba, pelaku kriminal, prostitusi, dan perilaku destruktif lainnya. Patologi sosial merebak, tingkahnya bertentangan dengan norma kebaikan dan tak produktif,” urai pendiri Humaniora Foundation ini.
Saat ini yang menjadi tantangan, kata Eddie, adalah midnight culture. Tren wujud baru gaya hidup begadang anak muda, yaitu munculnya para urban di branded café dan convenience store 24 jam.
Kehidupan malam yang tidak sehat; dunia gemerlap (dugem), mengakomodir aspirasi ‘insomniak’ yang berkelindan dengan pleasure sosial.
“Pemuda mestinya memiliki berbagai kelebihan, kemampuan, kompetensi, dan berbagai gagasan kreatif, yang dapat memaknai pergerakan sebagai upaya produktif untuk memperbaiki keadaan menjadi lebih baik. Bergerak; hijrah dari sikap malas, tidak disiplin, tidak amanah, egois; mementingkan diri sendiri, dan tidak terjebak dalam sikap serba materialistik dan hedonistik,” papar Sekretaris Umum Forum Wartawan Hiburan (Forwan) Indonesia ini.
Diskusi “Peringatan Hari Sumpah Pemuda 2017” dengan tema “Peran Pemuda Menyongsong Kejayaan Indonesia” ini, diselenggarakan KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia), Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi.
Tampil pembicara lainnya, Indra Gunawan, SE, S.Ip, M.Sc, (Tenaga Ahli DPRD Provinsi DKI Jakarta), membahas ‘Keorganisasian & Peran Pemuda, dan Jami Bin Samu Eket (Pelaku Usaha dan Tokoh Budaya Karanggaan), menyoal ‘Wirausaha Muda Mandiri.’