Dua Kali Ledakan Bersumber dari Mesin Produksi dan Gudang Bahan Baku
Ledakan mesin di dalam pabrik menyulitkan para karyawan keluar. Apalagi, jumlah karyawan mencapai kurang lebih 100 orang di dalam ruangan.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Sebanyak 47 orang tewas dalam tragedi kebakaran di pabrik petasan, Kosambi, Kabupaten Tangerang, Kamis (26/10/2017).
Dalam insiden maut tersebut terungkap kengerian ketika para karyawan berusaha menyelamatkan diri. Kepala BPBD Kabupaten Tangerang Agus Suryana menceritakan kondisi saat itu, ketika pihaknya melakukan pemadaman api di lokasi tersebut.
"Kami memadamkan api sekitar pukul 09.45 WIB, kemudian terjadi ledakan," ujar Agus kepada Warta Kota, Jumat (27/10/2017).
Agus menyebut, titik api berkobar di bagian ruangan produksi pabrik. Di dalamnya terdapat sejumlah karyawan yang bekerja.
"Ledakan pertama berasal dari mesin produksi," ujarnya.
Baca: Bos Lippo, James Riady: Bisnis Ritel Indonesia Hadapi Siklus Kritis
Baca: Dokumen Rahasia Pembunuhan John F Kennedy Dirilis, Jumlahnya Ribuan
Menurut Agus, karena ledakan itu api semakin membesar. Orang-orang yang berada di dalam pabrik panik dan berteriak.
"Mesin ada di bagian kiri ruangan itu. Para pegawai lari-lari mau menyelamatkan diri, tapi ruangan tertutup," ungkapnya.
Agus menambahkan, ledakan mesin di dalam pabrik menyulitkan para karyawan keluar. Apalagi, jumlah karyawan mencapai kurang lebih 100 orang di dalam ruangan.
Para karyawan yang ketakutan lari ke arah belakang menghindari ledakan mesin tersebut. Namun, situasi semakin rumit dan terjadi ledakan susulan.
"Saat kami padamkan api, juga terjadi ledakan kedua," jelas Agus.
Ledakan kedua lebih dahsyat lagi suaranya. Ia menuturkan, ledakan lanjutan itu bersumber dari sejumlah barang material yang menjadi bahan baku petasan.
"Ledakan kedua asalnya dari tumpukan belerang yang menjadi bahan pembuatan petasan. Adanya di posisi bagian belakang. Jadi mereka yang ada di dalam terjebak. Tapi syukurnya ada yang membobol tembok dan sebagain berhasil menyekamatkan diri," sebut Agus.
Penulis: Andika Panduwinata