Mengintip Hotel Syariah di Jakarta Islamic Center, Begini Isinya
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana menumbuhkan wisata halal di Jakarta dengan membangun hotel berkonsep syariah.
Editor: Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana menumbuhkan wisata halal di Jakarta dengan membangun hotel berkonsep syariah.
Rencana Pemprov DKI Jakarta itu akan dikembangkan melalui Badan Usaha Milik Daerah, PT Jakarta Tourisindo.
Hotel ini rencananya akan direalisasikan dengan mengambil sebuah gedung di komplek Jakarta Islamic Center (JIC), Jakarta Utara yang saat dijadikan balai pendidikan dan pelatihan (Diklat) Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pemprov DKI Jakarta.
Baca: Pendarahan Otak, WN Belanda Ini Dibunuh di Jimbaran Bali
Adapun gedung diklat yang saat ini digunakan ternyata merupakan gedung berkonsep syariah yang telah terkonsep sejak 2005 dan diresmikan pada 2012.
Namun, karena sejumlah kendala hotel tersebut belum bisa difungsikan dan hingga saat ini difungsikan sebagai sebuah balai Diklat.
"Konsep hotel syariah sudah ada sejak 2005. Tapi rancangan 2001 itu wisma seperti asrama haji bukan bisnis," ujar Kepala Sub Divisi Penyiaran Infokom Jakarta Islamic Center (JIC) Paimun A Karim kepada Kompas.com.
Baca: Ketua Komisi I Minta TNI Harus Segera Bebaskan Sandera Kelompok Kriminal Bersenjata
Kompas.com, Jumat (10/11/2017) mencoba menelusuri gedung hotel yang digadang-gadang akan menjadi hotel syariah pertama yang ada di Jakarta.
Saat masuk ke dalam kompleks JIC, gedung hotel sudah langsung terlihat dengan tiga kubah yang berdiri kokoh di atas atap gedung.
Adapun gedung ini merupakan bangunan tertinggi yang ada di kompleks JIC. Karena berada di lingkungan JIC, jaraknya sangat dekat dengan masjid.
Desain hotel berlantai 11 yang memiliki 153 kamar ini terlihat cukup unik. Bentuk gedung persegi empat dengan sentuhan relief bintang persegi delapan.
Relief persegi delapan yang disejajarkan satu sama lain tampak memenuhi tampilan luar gedung. Gedung ini didominasi warna hijau dan putih di bagian luarnya.
Masuk ke dalam hotel, area lobi hotel memiliki ukuran cukup luas.
Berbeda dengan gedung yang dicat berwarna hijau dan putih, area lobi didominasi warna gelap.
Lantai berbahan keramik tetap menggunakan desain berbentuk bintang persegi delapan.
Di lantai ini terdapat sejumlah meja dan sofa tunggu layaknya hotel pada umunnya.
Di lantai ini juga disediakan ruang makan dengan kursi dan meja yang tersusun rapi.
Karena masih digunakan sebagai balai diklat, tak terlihat meja resepsionis layaknya hotel pada umumnya. Hotel ini menyediakan dua lift di tiap lantainya.
Naik ke lantai dua menggunakan tangga, pandangan langsung tertuju terhadap sejumlah kerusakan atap hotel.
Tepat berada di atas tangga, terdapat bagian atap hotel yang bolong yang memperlihatkan rangka besi penyangga.
Warna di sekitar atap yang rusak juga terlihat gelap dan kotor akibat rembesan air. Di lantai ini juga terdapat ruang makan.
Kompas.com mencoba menengok salah satu kamar hotel yang ada di lantai 10. Di dalam kamar hotel nomor 1014 yang Kompas.com masuki, terlihat ukuran kamar yang cukup luas.
Diperkirakan ukuran kamar 7x7 meter atau mampu memuat sebanyak tiga tempat tidur. Namun, di dalam kamar ini belum terisi satupun tempat tidur, televisi, dan hanya ada dua buah sofa.
Di dalam kamar terdapat sebuah kamar mandi dengan cermin berukuran lebar, wastafel, kloset duduk, serta shower.
Paimun mengatakan, hampir di setiap lantai diisi 23 kamar. Rata-rata kamar dibuat untuk bisa memuat tiga tempat tidur.
Hal ini, kata Paimun dilakukan agar tiap kamar bisa menampung lebih banyak pengunjung yang diprediksi datang secara berkelompok.
Naik ke lantai 11, terdapat dua kolam renang berukuran sekitar 11x6 meter.
Letak kedua kolam renang sengaja dipisah karena konsep hotel syariah adalah memisahkan aktivitas laki-laki dan perempuan.
Kolam ini tampak kotor dan diisi oleh air hujan.
Di tiap kolam renang juga tersedia ruang ganti.
Paimun mengatakan, hotel sengaja dibangun ke arah kiblat.
Selain itu, arsitek hotel, Karnayan, membangun hotel dengan berfilosofi terhadap angka 9 merujuk pada Asmaul Husna.
"Di sini kalau dihitung ukuran lorongnya ke kamar itu sekitar 9 meter. Jadi filosofi Pak Karnayan itu menetapkan angka 9 merujuk pada Asmaul Husna," ujar Paimun.
Pemprov DKI Jakarta menargetkan hotel syariah di JIC beroperasi awal tahun 2018. Dengan adanya hotel tersebut diharapkan citra Jakarta Utara yang dinilai "buram" bisa berangsur membaik.
"Itu (hotel syariah) Insya Allah awal tahun depan Januari sudah bisa (beroperasi)," ujar Direktur Utama PT Jakarta Tourisindo G Jeffrey di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Rabu (8/11/2017).. (DAVID OLIVER PURBA)
Artikel Ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Melihat Isi Hotel Syariah di Jakarta Islamic Center